BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir
ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Banyak orang
mengatakan bahwa pada zaman sekarang sangat sulit mencari kader-kader pemimpin
pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri
sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, dan
kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin
langkanya keperdulian pada kepentingan orang banyak, dan kepentingan
lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang
menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak
merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari
pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan
masalah kemajuan dalam kebersamaan Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat
sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas
tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan
untukmenegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji,
bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Kepemimpinan Secara Umum Dan
Mnurut Islam ?
2. Apa Syarat-Syarat Seorang Pemimpin ?
3. Apa Teori-Teori Dalam Kepemimpinan ?
4. Apa Pengertian Dari Kepemimpinan dalam
Manajemen Dakwah ?
C. TUJUAN MAKALAH
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini
adalah Untuk mengetahui dan memahami makna atau isi
kandungan yang tertera dalam perumusan masala pada makalah ini, sehingga siapa
saja dapat mewujudkannya sesuai dengan kepemimpinan rosululloh SAW.
Bab II
URAIAN MATERI
Motto :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالإمام راع وهو مسئول عن رعيته ،
والرجل راع فى اهله وهو مسئول عن رعيته ، والمرأة راعية فى بيت زوجها وهي مسئولة
عن رعيتها ، والخادم راع في مال سيده وهو مسئول
عن رعيته ، والإبن راع في مال ابيه وهو مسئول عن رعيته ، فكلكم راع وكلكم
مسئول عن رعيته .
(متفق عليه عن ابن عمر).
“Masing-masing kamu adalah penggembala dan masing-masing kamu
bertanggung jawab terhadap yang digembalakan, maka pemimpin adalah penggembala
dan bertanggung jawab atas gembalaannya, seorang laki-laki adalah penggembala
atas keluarganya dan harus bertanggung jawab atas gembalaannya, orang perempuan
adalah penggembala/penjaga di dalam rumah suaminya dan dia harus bertanggung
jawab atas tugas penjagaannya, dan pembantu rumah adalah penggembala/pejaga
harta milik tuannya dan ia harus bertanggung jawab terhadap tugasnya, dan anak
laki itu penjaga harta milik ayahnya, dan harus bertanggung jawab terhadap
tugasnya, maka masing-masing dari kamu itu adalah penggembala/penjaga dan
masing-masingnya akan diminta pertanggungan jawab atas
gembalaannya/penjagaannya itu”.
1. KEPEMIMPINAN
Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul
pada abad 18.
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Secara
sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di
antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu [Apakah: nonton
film, berman sepek bola, dan lain-lain]. Pada pengertian yang
sederhana orang tersebut telah melakukan
“kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman
dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi
kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang
dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut
pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut :
1] Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan
sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
2] Wexley &
Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk
lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku
mereka.
3] Georger R.
Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4] Pendapat
lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi
orang atau sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sudut pandangan yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
[Locke
et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk
orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang
meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi,
memotivasi, kemampuan mengajak,
membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Dari beberapa definisi di atas,
ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut pandang dan
sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
a. Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yang mendasai kepemimpinan dari definisi-definis yang
dikemukakan di atas, adalah:
[1] Kemampuan mempengaruhi
orang lain [kelom pok/bawahan].
[2] Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau
kelompok.
[3]
Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan adalah kecakapan
memimpin. Paling tidak, dapat dikatakan bahwa
kecakapan memimpin mencakup tiga unsur kecakapan pokok, yaitu:
[1] Kecakapan memahami
individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai daya motivasi
yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
[2] Kemampuan untuk menggugah semangat dan
memberi inspirasi.
[3] Kemampuan untuk
melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan suasana yang mampu
memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan motivasi-motivasi [Tatang
M. Amirin, 1983:15]. Pendapat lain,
menyatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsure pokok yang mendasarinya,
yaitu :
[1] Seseorang pemimpin
harus memiliki kemampuan persepsi sosial [sosial perception].
[2] Kemampuan berpikir abstrak [abilitiy in
abstrakct thinking].
[3] Memiliki kestabilan emosi [emosional
stability].
Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan
di atas, dapat dikategorikan kepemimpinan
menjadi 3 [tiga] elemen dasar, yaitu:
1] Kepemimpinan
merupakan suatu konsep relasi [relation consept], artinya
kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak ada
pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis
bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan
inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka.
2] Kepemimpinan
merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari
sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang
tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang
pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka
menurut Burns [1978], bahwa untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat
mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku
mereka menjadi responsive.
3] Kepemimpinan bearti mempengaruhi orang-orang lain untuk
mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi
pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang
terlegitimasi, menciptakan model [menjadi teladan], penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah
visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat
membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi
keberhasilan organisasi [Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69.
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat
ditarik kesimpulan yang sama , yaitu masalah kepemimpinan adalah masalah sosial
yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan
pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama
seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada
kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu
yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya
atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan
kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.
KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM
Imamah atau kepemimpinan
Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi
kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia
atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi
terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia
dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan Islam, sudah
merupakan fitrah bagia setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan
yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah
[wakil Allah] di muka bumi [Q.S.al-Baqarah:30]
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
30. Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Yang bertugas
merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus
sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil
untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah “setiap kamu adalah pemimpim
dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara
amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan
konsepsional atau potensi [fitrah] [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas
untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep amanah yang
diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi
senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan
yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi
yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu:
[1] mengerjakan semua
perintah Allah,
[2] menjauhi semua
larangan-Nya,
[3] ridha [ikhlas]
menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi
amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta
lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya,
diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan
Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya.
Jika kita memperhatikan
teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan
dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya
menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi,
proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi
secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep
interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan
mengkoordinasi baik secara horizontal
maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin
sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker],
pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading
and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain [Aunur Rahim,
dk., 2001:3-4].
Uraian di atas, dapat
ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan
orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada
usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
·
Beberapa Istilah
Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam, kepemimpinan sering dikenal dengan perkataan
khalifah yang bermakna “wakil” [QS.al-Baqarah:30].
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
30. Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Mustafa
al-Maraghi, mengatakan khalifat adalah wakil Tuhan di muka bumi [khalifah
fil ardli]. Rasyid Ridla al-Manar, menyatakan khalifah adalah sosok
manusia yang dibekali kelebihan akal, pikiran dan pengetahuan untuk mengatur.
Istilah atau perkataan khalifah
ini, mulai popular digunakan setelah Rasulullah saw wafat. Dalam istilah yang lain, kepemimpinan juga
terkandung dalam pengertian “Imam”, yang berarti pemuka agam dan pemimpin
spritual yang diteladani dan dilaksanakan fatwanya. Ada juga istilah “amir”,
pemimpin yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur masyarakat.
Dikenal pula istilah “ulil amir” [jamaknya umara] yang disebutkan dalam surat al-Nisa [59]
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
59. Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
yang bermakna
penguasa, pemerintah, ulama, cendekiawan, pemimpin atau tokoh masyarakat yang
menjadi tumpuan umat. Dikenal pula istilah wali yang disebutkan dalam surat
al-Maidah ayat [55].
$uK¯RÎ) ãNä3Ï9ur ª!$# ¼ã&è!qßuur tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# tbqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# tbqè?÷sãur no4qx.¨9$# öNèdur tbqãèÏ.ºu ÇÎÎÈ
55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dalam hadis Nabi dikenal istilah ra’in
yang juga diartikan pengelolaan dan pemimpin. Istilah-istilah tersebut, memberi pengertian bahwa kepemimpinan adalah
kegiatan menuntun, memandu dan menunjukkan jalan menuju tujuan yang diridhai
Allah.
Istilah khalifah dan “amir” dalam kontek
bahasa Indonesia disebut pemimpin yang selalu berkonotasi pemimpin formal.
Apabila, kita merujuk dan mencermati firman Allah swt dalam surat al-Baqarah
ayat 30, yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku akan menciptakan khalifah di bumi. “Meraka bertanya [keheranan],
Mengapa Engkau akan menciptakan makhluk yang akan selalu menimbulkan kerusakan
dan pertimpahan darah, sementara kami senantiasa bertasbih memuji dan
menyucikan Engkau?” Allah berfirman, “Aku Mahatahu segala hal yang tidak kemau
ketahui”. Dalam pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan Islam secara mutlak bersumber dari Allah swt
yang telah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardli. Maka dalam
kaitan ini, dimensi kontrol tidak terbatas pada interaksi antara yang memimpin
[umara] dengan yang dipimpin [umat], tetapi baik pemimpin maupun
rakyat [umat] yang dipimpin harus sama-sama mempertanggungjawabkan
amanah yang diembannya sebagai seorang khalifah Allah , secara komprehensif
[Aunur Rahim, dk., 2001:4-5].
Dalam sejarah kehidupan manusia sangat banyak pengalaman
kepemimpinan yang dapat dipelajarinya. Dalam Hadis Nabi, “setiap kamu adalah
pemimpin” dan terlihat dalam pengalaman sehari-hari manusia telah melakukan
unsur-unsur kepemimpinan seperti “mempengaruhi, mengajak, memotivasi dan
mengkoordinasi” sesama mereka. Pengalaman itu perlu dianalisis untuk
mendapatkan pelajaran yang berharga dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif.
“Untuk memahami kepemimpinan secara empiris, perlu dipahami terlebih dahulu
tinjauan segi terminolgi-nya. Sacara etomologi [asal kata]
menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata “pimpin” dengan
mendapat awalan “me” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing.
Perkataan lain yang disamakan artinya yaitu mengetuai, mengepalai, memandu dan
melatih dan dalam bentuk kegiatan, maka si pelaku disebut “pemimpin”. Maka
dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang memimpin, mengetuai atau
mengepalai. Kemudian berkembang pula istilah “kepemimpinan” [dengan tambahan
awalan ke] yang menunjukkan pada aspek kepemimpinan” [Aunur Rahim, dk.,
2001:4-5].
Bagaimana
cara paling efektif untuk menjadi pemimpin? mengikuti keteladanan Nabi SAW
adalah jawabnya. Selanjutnya penulis memahami bahwa ada 2 makna keteladanan
disini, yang berorientasi kedalam (inside) sebagai mencontoh sifat-sifat dalam
diri Nabi SAW, dan yang berorientasi keluar (outside) sebagai mempelajari
Qur’an dan Hadits sebagai sumber ilmu dan hikmah.
Empat
sifat utama dalam diri Nabi SAW, adalah:
- Sidiq
- Amanah
- Tabligh
- Fathonah
Dalam beberapa literatur psikologi, penulis
menemukan bahwa memang inilah nilai-nilai hakiki yang melahirkan esensi
pencerah kepada orang lain dan masyarakat.
Mempelajari Qur’an ada tahapannya sebagaimana
diisyaratkan dalam Sistematika Nuzulnya Wahyu, yang dimulai dengan pernyataan
IQRA dalam surat Al-Alaq 1-5. Model ESQ dipahami oleh penulis juga berbasis
pada pernyataan IQRA dari surat yang sama. Dengan ber-IQRA kita membuka alam
pikir atau mind kita untuk mengolah-pikir ilmu yang bersumber dari Yang Maha
Pandai, serta kita juga membuka hati kita untuk memahaminya.
Ada esensi manajemen terpenting dalam proses
pemahaman Qur’an sebagaimana diisyaratkan dalam Surat Ali Imraan QS-3 ayat 138
yang artinya ”Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. Disini harus dipahami
bahwa ketakwaan merupakan kunci untuk memahami isi Qur’an.
B. TEORI KELAHIRAN PEMIMPIN
Para ahli
teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin.
Dalam hal ini terdapat 3 [tiga] teori yang menonjol [Sunindhia dan Ninik
Widiyanti, 1988:18], yaitu [a] teori genetis, [b] teori sosial, dan [c] teori
ekologis.
a. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat
bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders are born and not made].
Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan”
atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi”
termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut
dengan faktor “dasar”. Dalam realitas,
teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau
keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang
lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat
bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin
dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders are made and not born]. Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang
itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap
orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor
lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut
teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor
“ajar” atau “latihan”.
Pandangan
penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih untuk
menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap
orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan
atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan
dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
b. Teori Ekologik
Penganut
teori ini berpendapat bahwa, seseorang
akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat
kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi,
inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan
perpaduan antara faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor
pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik.
Selain
ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau
Teori Tiga Dimensi. Penganut
teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor
yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau
tidak, yaitu:
[1] Bakat
kepemimpinan yang dimilikinya.
[2]
Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan
[3]
Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini
disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya
seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang
membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan
untuk menjadi pemimpin.
Menurut
Ordway Tead, jalan menjadi seorang pemimpin, karana :
[1]
Membentuk diri sendiri [self constituded leader, self mademan, born leader]
[2]
Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena
kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
[3]
Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui
oleh pihak atasannya [Imam Mujiono, 2002: 18].
C. SYARAT SEORANG PEMIMPIN
G.R
Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
1. Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu
bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
2.
Penguasaan emosional Seorang pemimpin harus dapat
menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
3.
Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan Seorang
pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan
orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan
yang dihadapinya.
4.
Motivasi
dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan
ketekunan dalam bekerja.
5.
Kecakapan
berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik
kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
6.
Kecakapan
mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan
teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas
serta memperbaiki yang salah.
7.
Kecakapan
bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar
dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga
bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
8.
Kemampuan
teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu merencanakan,
mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan
lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik
kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang
dipimpinnya.
Dalam
amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila,
Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran
beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi
suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan
menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik
dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan
berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat
mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan
tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari
atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi
penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar
penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan,
keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan
keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan
kepada generasi muda guna diteruskannya.
Dalam
agama islam juga menjelaskan syarat seseorang yang menjadi pemimpin ya’ni
seorang pemimpin harus commited terhadap ajaran islam. Dalam situasi
bagaimanapun seorang muslim harus terikat terhadap ajaran agamanya. Begitu pula
dengan seorang pemimpin, baik dia berada dalam posisi kepemimpinan formil
maupun informal, atau juga dalam posisi sebagai pemimpin keduniaan maupun
agama.
Di dalam
al-quran secara baku dan menyeluruh diungkapkan persyaratan seorang muslim,
sebagai berikut :
1. Demi waktu.
2. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian.
3. Kecuali, mereka yang beriman dan beramal soleh
dan berpesan dalam kebenaran serta berpesan dalam kesabaran. (Q.S. Al-ashri :
1-3)
Ayat
alquran diatas yang begitu retoris serta puitis menjelaskan sebuah bimbingan
sekaligus peringatan kepada manusia serta kepada setiap pribadi muslim
khususnya untuk memegang teguh amanah atau misi yang dibawanya secara kaffah.
Seorang pemimpin harus mampu menganalisa situasi dan kondisi disekitarnya, dia
dituntut untuk mendayagunakan waktu dan ruang se-efisien dan se-efektif mungkin
didalam melaksanakan amanah yang diberikan diatas tanggung jawabnya. Seorang
pemimpin juga harus mampu mendaya gunakan man power, memberikan bimbingan dan
sekaligus pandai memberikan arahan dan nasihat.
Selanjutnya
pemimpin harus memenuhi kareteria atau kekuatan diatas perisip-perinsip :
1. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah
yang konsisten.
2. Seorang pemimpin harus bias menjabarkan dan
menyatakan gagasannya dalam realitas melalui bentuk amal soleh.
3. Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau
cinta akan kebenaran serta memiliki kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4. Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi
sehingga tidak mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun
kelompoknya.
D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG PEMIMPIN
Pengambilan
keputusan adalah pekerjaan mental setiap orang yang disebut manajer (pimpinan),
untuk memecahkan masalah-masalah yang selalu timbul setiap hari dan setiap
saat. Kegiatan pengambilan keputusan diperlukan dalam setiap organisasi apapun,
baik organisasi yang besar maupun yang kecil. Hal ini berarti kegiatan
pengambilan keputusan diperlikan di dalam perusahaan, instasi pemerintah,
kemiliteran, bahkan dalam organisasi yang terkecil yaitu keluarga. Seorang
manajer atau pimpinan yang dalam pengambilan keputusan cepet dan tepat, maka
manajer atau pimpinan tersebut dapat dinilai berhasil, dan sebaliknya bila
keputusan yang diambil kurang cepat dan tepat maka dapatlah diambil suatu
kesimpulan bahwa manajer atau pimpinan itu kurang berhasil.
Pengambilan
keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang pemimpin . Dalam
pelaksanan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan berbagai alternatif
dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan. Pengambilan keputusan
adalah soal yang berat karena sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak
ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan keputusan .
Pemimpin
harus memilih diantara alternatif yang ada dan kemungkianan implikasi atau
akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
1.
Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan pada hakekatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan – tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat
diartikan beberapa hal.
·
Dalam
proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Pengambilan
keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, antara lain : dengan
mempertimbangkan kemampuan organisasi, personnel yang tersedia, situasi
lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil. Sebelum
suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari masalah tersebut harus
diketahui dengan jelas.
·
Pemecahan
masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi harus didasarkan pada
fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan dapat dipercaya.
Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.
Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.
2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang
pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah
dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan dengan tujuan yang jelas.
Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan internitas
masalahnya dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan masalah yang
komplek.
Pengambilan keputusan antara lain juga
diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan
tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkahyang
perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik
ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian SP, 1973) :
1.Mengetahui
hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan
masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
2.Mengumpulkan
fakta dan data yang relevant
3.Mengolah
fakta dan data tersebut;
4.Menentukan
beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
5.Memilih
cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
6.Memutuskan
tindakan apa yang hendak dilakukan ;
7.Menilai
hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimendan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimendan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
2. MANAJEMEN
Dalam
beberapa referensi ilmu manajemen dikatakan bahwa, ”Manajemen adalah
mengerjakan segalanya secara benar, sedangkan Kepemimpinan adalah mengerjakan
hal-hal yang benar.” Dalam melaksanakan kegiatan manajemen, seorang pemimpin
dituntut untuk dapat memenuhi kedua persyaratan di atas secara menyeluruh
(kaffah). Seringkali para pemimpin menemui dilema dalam pengambilan keputusan
karena hal benar yang mereka kerjakan pada saat ini bukan merupakan hal yang
dibenarkan secara manajemen dalam kesempatan yang lain, artinya dimensi waktu bisa
menegatifkan pengambilan keputusan sebelumnya.
a. Definisi Manajemen Secara Etimologi
Manajemen di dalam bahasa inggris, berasal dari
kata to manage dalam Webster New Coolegiete Dictionary. Kata manage dijelaskan
berasal dari bahasa itali ”Managgio” dari kata ”managgiare” yang selanjutnya
kata ini berasal dari bahasa latin Menus yang berarti tangan (hand).
Kata manage di dalam kamus tersebut diberi arti
- to direct and control (membimbing dan mengawasi)
- to treat with care (memperlakukan dengan seksama)
- to carry on business or affairs (mengurus perniagaan, atau urusan-urusan / persoalan-persoalan)
- to achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).
Manajemen dalam bahasa arab diartikan sebagai an-nizam
atau at-tanzhim. Yang merupakan, suatu tempat untuk, menyimpan segala sesuatu,
dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
b. Definisi Manajemen Secara Terminologi
Manajemen adalah upaya mengatur, dan
mengarahkan berbagai sumber daya, mencakup manusia (man), uang (money), barang
(material), mesin (machine), metode (methode) dan pasar (market).
Menurut G.R Terry adalah manajemen
adalah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan tenaga dan sumber daya lainnya.
Menurut Robert Kreitner manajemen adalah
proses kerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara
efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas.
Menurut John. D Millet dalam buku Management
in the public service manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian
fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok
formil untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Menurut James A. F. Stoner, manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai:
bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
Manjemen juga dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada
sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan
maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
c. Definisi Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah adalah suatu perangkat atau
organisasi dalam mengolah dakwah agar tujuan dakwah tersebut dapat lebih mudah
tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.
d. Unsur-Unsur Manajemen Dakwah
- Perencanaan dakwah: tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang akan disampaikan kepada Mad'u. dan juga membuat susunan acara yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir acara tersebut
- Pengorganisasian dakwah: tahap ini merupakan, tahap yang dimana segala anggota penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan tujuan dakwah tersebut bisa sukses.
- Penggerakkan dakwah: tahap ini merupakan di mana segala anggota yang terlibat, menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan dakwah yang telah dibuat bersama.
- Pengendalian dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya acara, agar acara tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama. Jadi situasi acaranya bisa terkendali.
- Evaluasi dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil / feedback yang diberikan mad'u, setelah mad'u tersebut menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh Da'i.
3. DEFINISI DAKWAH
Pada saat sekarang ini, sering kali terjadi
istilah dakwah yang banyak disempitartikan oleh kebanyakan orang sehingga
dakwah sering identik, dengan pengajian, khutbah, dam arti-arti sempit lainnya.
Oleh karena itu, istilah dakwah perlu dipertegas takrifnya.
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari
bahasa arab dakwah dan kata da’a, yad’u yang berarti panggilan, ajakan, seruan.
Dakwah dengan pengertian diatas dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an (QS. Yusuf: 33):
tA$s%
Éb>u ß`ôfÅb¡9$#
=ymr&
¥n<Î)
$£JÏB ûÓÍ_tRqããôt Ïmøs9Î)
( wÎ)ur
ô$ÎóÇs?
ÓÍh_tã
£`èdyøx.
Ü=ô¹r&
£`Íkös9Î)
`ä.r&ur z`ÏiB tûüÎ=Îg»pgø:$#
ÇÌÌÈ
"Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku,
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (QS.
Yusuf: 33)
Dari segi bahasa dakwah juga dapat diartikan
sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan.
Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr
ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah,
ta’lim, dan khotbah.
Istilah dakwah digunakan dalam al-Qur’an baik
dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk masdar berjumlah lebih dari seratus
kata. Sementara itu, dakwah dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan
7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah
untuk mengajak kepada kebaikan maupun kepada kejahatan yang disertai dengan
resiko pilihan. Dan secara istilah dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan makna dakwah dalam konteks yang berbeda.
jadi dapat disimpulkan manajemen adalah proses
kegiatan dengan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu serta
dilaksanakan secara berurutan berjalan ke arah suatu tujuan.
a.
Kepemimpinan
dalam Manajemen dakwah
Kepemimpinan
dalam manajemen dakwah adalah sifat atau cirri tingkah laku pemimpin yang
mengandung kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan daya kemampuan orang
seorang atau kelompok orang guna mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain pemimpin dakwah adalah orang yang dapat menggerakan orang lain
yang ada disekitarnya dengan pengaruhnya untuk mengikutinya dalam peroses
mencapai tujuan dakwah.
Orientasi
terhadap waktu merupakan salah satu hal terpenting dalam implementasi
manajemen. Dalam dunia manajemen moderen, pernyataan seperti time is money atau
time is everything merupakan aktualisasi dari sikap menghargai waktu. Dalam
konteks manajemen spiritual, pernyataan tersebut secara tegas dijelaskan dalam
Surat Al-Ashr ayat 1-3 yang secara bebas dipahami oleh penulis sebagai ”rugi
para manajer yang tidak mengimplementasikan esensi IMAN, ISLAM dan IMAM dalam
praktek manajemennya sepanjang waktu”, sehingga penulis kemudian berani
menyimpulkan bahwa inilah esensi kepemimpinan yang sebaiknya dipunyai oleh
kita.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi
interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk
mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi
dan mengkoordinasi.
Ø kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan
orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada
usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
Ø Di dalam al-quran secara baku dan menyeluruh
diungkapkan persyaratan seorang muslim, sebagai berikut :
1. Demi waktu.
2. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian.
3.
Kecuali,
mereka yang beriman dan beramal soleh dan berpesan dalam kebenaran serta
berpesan dalam kesabaran. (Q.S. Al-ashri : 1-3).
Ø Teori genetic, social, ekologik
Ø Kepemimpinan dalam manajemen dakwah adalah
sifat atau cirri tingkah laku pemimpin yang mengandung kemampuan untuk
mempengaruhi dan mengarahkan daya kemampuan orang seorang atau kelompok orang
guna mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan.