3.1. Kondisi Objektif Dusun Ciceuri Desa
Ciomas Kec. Panjalu
Dusun Ciceuri terletak
di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat.
Lokasinya berada di kaki Gunung Syawal. Dengan jarak
5 km dari kota kecamatan,
dari ibukota Kabupaten berjarak kurang lebih
34 Km sedangkan dari ibu kota propinsi kurang lebih 108 km. Akses menuju Dusun
Cisirri sangatlah mudah karena jalan utamanya yang berada di Desa Ciomas
dilalui oleh kendaraan umum. Baik yang menuju ibukota kabupaten maupun ibukota
propinsi.
Dusun
Ciceuri Desa Ciomas sebagian besar adalah permukiman yang luas keseluruhannya
122.541 Ha (sumber Kantor Desa Ciomas tahun 2014).
Berdasarkan
sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2014 penduduk Dusun Ciceuri Desa
Ciomas seluruhnya berjumlah 1387 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak
668 orang dan perempuan sebanyak 719 orang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
TABEL
1
JUMLAH
PENDUDUK DUSUN CICEURI DESA CIOMAS PADA TAHUN 2014
No
|
Jenis
kelamin
|
Jumlah
penduduk
|
keterangan
|
1.
|
Laki-laki
|
668
|
Tua/muda
|
2.
|
Perempuan
|
719
|
Tua/muda
|
JUMLAH
|
1387
|
Tua/muda
|
Sumber: Kantor
Kepala Desa Ciomas 2014
Berdasarkan data diatas, jumlah Perempuan di
Dusun Ciceuri Desa Ciomas lebih banyak dari jumlah Laki-laki.
Pada umumnya penduduk di Dusun Ciceuri Desa
Ciomas mayoritas beragama Islam. Di bawah dapat dilihat Tabel mengenai jumlah
penduduk berdasarkan Agama.
TABEL
2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA TAHUN 2013
No
|
AGAMA
|
JUMLAH
|
1
|
Islam
|
1387
|
2
|
Prostestan
|
0
|
3
|
Katolik
|
0
|
4
|
Hindu
|
0
|
5
|
Budha
|
0
|
Sumber : Kantor Kepala Desa Ciomas 2014
Adapun
mayoritas penduduk Dusun Ciceuri
bekerja sebagai petani dan sebagian kecil lainnya memilih mencari nafkah di daerah lain seperti di Cipanas
Puncak, Cianjur, Bandung, dan
Jakarta.
Adapun yang berstatus Pegawai Negeri Sipil ada 5 orang dan pengusaha 3 orang.
Pada saat ini, kehidupan ekonomi di lingkungan Dusun Ciceuri mulai menunjukkan peningkatan
terutama setelah adanya pengajian berformat Manaqiban yang berasal dari PP.
Suryalaya dan dikembangkan oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul. Peningkatan
ekonomi masyarakat itu seiring dengan banyaknya tamu-tamu yang berdatangan ke
Dusun Ciceuri
untuk mengikuti manaqiban dan masyarakat setempat memperoleh manfaat dari para
tamu tersebut dengan melakukan transaksi ekonomi seperti menyewakan rumah untuk
penginapan para tamu, berjualan dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya
(wawancara dengan odih aryadih pada tanggal 12 juli 2014).
Berdasarkan
keterangan langsung dari Ibu Hj. Siti Maryam, salah seorang tokoh di Desa
Ciomas, dan sebagian warga masyarakat yang sempat di wawancarai, Jauh sebelum
adanya tokoh yang bernama KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang mengembangkan
manaqiban di Dusun Ciceuri,
daerah ini merupakan sebuah tempat yang gersang dalam aspek spiritual. Hampir
sebagian besar penduduk hidup serba kekurangan, singkong merupakan makanan
harian penduduknya. Hal ini disebabkan karena daya beli yang sangat minim dan
ketidakmampuan masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan
khususnya dalam hal memenuhi kebutuhan perekonomian masing-masing. Hal ini
merupakan produk masa lalu karena Dusun Ciceuri pernah dikuasai kelompok
gerombolan pemberontak DI/TII sehingga daerah konflik tersebut berefek pula
kedalam kehidupan keseharian masyarakat.
Berdasarkan
keterangan dari KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul, sebelum tahun 1972 masyarakat
Dusun Cisirri seringkali mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemiskinan dan kebodohan masyarakatnya menjadikan daerah ini tertinggal jauh
bila dibandingkan dengan dusun lainnya yang ada di Desa Ciomas.
3.2. Perkembangan Manakiban di Dusun
Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Pengajian Manaqiban
yang diselenggarakan di Dusun Ciceuri
dimulai pada Tahun 1972. Dimulainya pengajian Manaqiban di Dusun Ciceuri dilakukan oleh KH.M.Abdul Gaos
Saefulloh Maslul yang pada saat itu adalah seorang ustadz muda lulusan Pesantren
Gegempalan Panjalu dan Pesantren Cintawana Tasikmalaya yang telah empat tahun
bertabaruk Pada Pangersa Abah Anom Mursyid TQN PP. Suryalaya. Pelaksanaan
Manaqiban di Dusun Ciceuri
pun bermula dari arahan Pangersa Abah Anom kepada KH.M.Abdul Gaos Saefulloh
Maslul agar di Pesantren al-Ishlah
(kini bernama Pesantren Sirnarasa) diadakan pengajian Manaqiban sebagai bentuk
pengembangan dari Syi’ar TQN PP. Suryalaya.
Di Tahun 1972 itulah,
Pengajian Manaqiban perdana dilaksanakan di Pesantren Al-Ishlah Dusun Ciceuri. Ajengan Gaos, panggilan akrab
dari KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul menetapkan waktunya setiap malam Jum’at
pertama setiap bulannya dalam penanggalan hijriyah dengan pelaksanaan dari
mulai Maghrib sampai jam 10 malam.
Menurut KH.M.Abdul Gaos
Saefulloh Maslul, di awal-awal pelaksanaan Manaqiban yaitu antara tahun 1972 –
1975, tantangan demi tantangan dari masyarakat di Desa Ciomas hingga se
Kecamatan Panjalu terhadap dirinya sangat besar. Penentangan yang terjadi bukan
saja dilakukan oleh kalangan masyarakat bahkan sebagian ulama dan aparat
pemerintah pun sangat keras menentang adanya pengajian Manaqiban ala TQN PP.
Suryalaya di Dusun Ciceuri.
Penentangan tersebut mengakibatkan KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul saat itu
diboikot dari mulai tidak diberi kesempatan dakwah di Wilayah Kecamatan Panjalu
sampai dengan bubarnya pengajian Senenan (setiap hari Senin) dan ditariknya
kembali santri-santri yang belajar di pesantrennya oleh orang tuanya sehingga
pada saat itu pesantren yang dipimpin oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul
merupakan pesantren yang tidak punya santri.
Namun tantangan demi
tantangan itu dapat dilalui dengan sabar oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul
berkat bimbingan dari guru spiritualnya, yaitu Pangersa Abah Anom. Dan pada
tahun 1980, seiring dengan dikenalnya nama KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul
khususnya oleh para ikhwan TQN PP. Suryalaya, Pengajian Manaqiban di Pesantren
Al-Ishlah yang pada tahun ini pula berganti nama menjadi Pesantren Sirnarasa
dari pemberian Pangersa Abah Anom mulai didatangi oleh para ikhwan diluar Dusun
Cisirri.
Hingga akhir Tahun
2012, Pengajian Manaqiban di Pesantren Sirnarasa berlangsung setiap Malam
Jum’at pertama dalam penanggalan hijriyah. Dan semenjak awal Tahun 2013,
pengajian Manaqiban di Pesantren Sirnarasa dialihkan waktunya menjadi pagi hari
hingga dzuhur setiap tanggal 10 hijriyah. Menurut KH.M.Abdul Gaos Saefulloh
Maslul, dialihkannya waktu pelaksanaan manaqiban di Pesantren Sirnarasa Dusun
Cisirri dari Malam Jum’at pertama ke tanggal 10 hijriyah, dilatarbelakangi
beberapa faktor antara lain:
Banyaknya permintaan
para ikhwan untuk bisa dilaksanakan pagi hari agar bisa diikuti. Hal ini bisa
dimaklumi jika Manaqiban pada malam hari banyak yang tidak bisa datang
berhubung lokasi Dusun Cisirri berada lebih kurang 800 meter dari Jalan utama
Desa Ciomas dengan kondisi jalan menanjak dan tidak ada lampu penerang jalan.
Selain itu pula tidak adanya saran transportasi umum sehingga menyulitkan
sebagian ikhwan terutama mereka yang telah berusia lanjut dan tidak punya
kendaraan sendiri.
Dimaksudkan pula agar
para ikhwan yang jauh dapat langsung mengikuti manaqiban di Pondok Pesantren
Suryalaya seusainya Manaqiban di Pesantren Sirnarasa karena pelaksanaan
manaqiban di PP. Suryalaya berlangsung setiap tanggal 11 hijriyah.
Kini setelah hampir
satu setengah tahun pelaksanaan Manaqiban di Pesantren Sirnarasa berlangsung
dari pagi hingga dzuhur, jama’ah yang hadir nyaris tidak tertampung. Ada
beberapa faktor yang menjadikan Manaqiban di Pesantren Sirnarasa Dusun Cisirri
semakin berkembang pesat, yaitu sosok KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang
mempunyai kharisma di hadapan para jama’ahnya juga pelayanan maksimal yang
dilakukan oleh seluruh unsur yang ada di Pesantren Sirnarasa dalam melayani
para ikhwan yang datang. Mereka membantu kebutuhan para ikhwan selama
penyelenggaraan manaqiban secara totalitas.
Kini
diperkirakan, setiap bulannya lebih kurang jama’ah manaqiban yang datang ke Pesantren
Sirnarasa Dusun Cisirri sekira 5000 hingga 6000 orang. Mereka datang dari
berbagai wilayah di Indonesia bahkan sebagian ikhwan Malaysia ada yang rutin
datang setiap bulannya (wawancara dengan Aj. Ayi Abdul Jabbar, tanggal 15 Juli
2014).
3.3. Pelaksanaan Manakib di Dusun Ciceuri
Desa Ciomas Kec. Panjalu
Manaqiban dalam TQN
merupakan amalan syahriyyah artinya amalan yang harus dilakukan minimal
satu bulan satu kali. Biasanya materi
manakiban terbagi pada dua bagian penting. Pertama, materi (kontens) tentang
hidmah ‘amaliyah. Hidmah amaliyah ini adalah inti manakiban itu sendiri.
Substansi ajarannya ialah meliputi:
1)
Pembukaan,
diawali dengan pembacaan surat Al Fatihah yang ditujukan kepada :
a.
Para Ahli
Silsilah (Guru Mursyid), dengan do’a dan harapan agar senantiasa sehat
wal'afiyat, dipanjangkan usia, ditambah karomah-Nya dalam rangka membimbing dan
mengayomi seluruh ikhwan TQN PPS.
b.
Pimpinan
Negara, dengan do’a dan harapan
agar bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan
membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir dan bathin.
c.
Untuk para
Ikhwan yang sedang mendapatkan musibah berupa sakit yang dideritanya dan cobaan
lainnya dengan doa dan harapan semoga disembuhkan penyakitnya.
2)
Pembacaan ayat suci al-Quran
3)
Pembacaan Tanbih (wasiat guru agung
Syekh Abdulloh Mubarok Bin Nur Muhammad, ra)
4)
Pembacaan Tawassul
5)
Pembacaan manqobah Syaikh ‘Abdul Qadior al-Jilani
Kedua, hidmah ‘ilmiyyah. Maksud hidmah ‘ilmiyyah adalah pembahasan tasawuf
secara keilmuan dan pembahasan aspek-aspek
ajaran Islam secara kesuluruhan.
Tujuannya adalah untuk membuka wawasan keislaman para ikhwan, memperdalam ilmu
ketasawufan, dan memotivasi para ikhwan agar semakin rajin (konsisten)
melakukan amalan ajaran Islam khususnya amalan TQN.
6) Do’a/penutup (pembacaan sholawat bani hasyim
tiga kali secara bersama-sama).
Pelaksanaan
Manaqiban di Dusun Ciceuri mengikuti apa yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya. Jadi manaqiban yang
di laksanakan di Dusun Ciceuri sama dengan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Suryalaya (wawancara dengan Aj. Sambas Muhammad Nasir,
sebagai staf pengajar Santri Pesantren Sirnarasa. Tanggal 11 Juli 2014).
1)
Hikmah acara manakiban
1.
Silaturahmi, dimana pada saat acara manaqib ini berkumpul
para ikhwan, mubaligh/da'i pembina, dan terutama silaturahmi dengan Mursyid.
Dengan melaksanakan manaqib maka kita telah melaksanakan perintah dari Alloh
SWT. berikut ini dalilnya;
a.
Memutus
tali silaturahmi adalah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Dalam Q.S
an-Nisa’ ayat 1 Allah berfirman. “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi". Dalam kitab Ahkam al-Qur’an-nya, Ibnu al-Arabi
menafsirkan ayat ini dengan: “Takutlah kepada Allah untuk berdosa
kepada-Nya dan takutlah untuk memutus tali silaturahmi”.
2.
Doa, pada saat melaksanakan manaqib, didalamnya dipanjatkan
doa-doa, sehingga dengan demikian kita telah melaksanakan perintah Alloh SWT.
berikut ini dalilnya;
a.
Surat
Al-A'râf ayat 55-56 Artinya: "Mohonlah (berdoalah) kamu kepada
Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasanya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat
kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu
kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat
Allah itu sangat dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan
berbuat kebajikan)."
b.
Surah
Al-Baqarah ayat 186. Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat (kepada mereka).
Aku perkenankan doa orang-orang yang mendoa apabila ia memohon (mendoa)
kepada-Ku. Sebab itu, hendaklah mereka memenuhi (seruan)-Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk."
c.
Surah
Al-Mu'min, ayat 60. Artinya: "Dan berfirman Tuhanmu "Memohonlah
(mendoalah) kepada-Ku, Aku pasti perkenankan permohonan (doa) mu itu."
d.
Surah
Al-A'râf, ayat 180: Artinya: "Dan Allah mempunyai nama-nama yang
sangat indah (Al-Asmâ'u al-Husnâ), maka memohonlah kamu kepada-Nya dengan
(menyebut) nama-nama itu."
e.
Surah
Al-Isrâ', ayat 110. Artinya: "Katakanlah olehmu hai Muhammad:
berdoalah (pujilah) akan Allah atau berdoalah (pujilah), akan Ar-Rahmân (Maha
penyayang)."
f.
Surah
Yûnûs, ayat 10. Artinya: "Doa (percakapan) mereka di dalamnya
(surga), adalah Allâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan)."
3. Membaca Al Qur'an, juga pada saat
manaqib kita semua membaca al Qur'an. Berarti kita juga telah melaksanakan
perintah Alloh SWT. Berikut ini dalilnya;
a.
Allah
SWT berfirman, yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil
[QS:Al-Muzzammil :73).
b.
Allah
SWT berfirman, yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu,
apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada
Allah lah mereka bertawakkal." (Surah Al Anfaal ayat 2)
c.
Allah
berfirman, yang artinya "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka
dengarkanlah dengan baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat". (Surah Al A'raaf ayat 204)
d.
Dari
Abu Umamah Al-bahili ra, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Bacalah Al Qur'an. Karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk
memberikan syafaát kepada para pembacanya." (HR Muslim)
4. Tanbih/Wasiat, pada saat manaqib
dibacakan Tanbih/pesan dari Syekh Abdullah Mubaroq bin Nur Muhammad ra. (Abah
Sepuh), dengan demikian kita telah mendengarkan nasihat dari 'Ulama Warosatul
Anbiya. Berikut ini dalilnya;
a.
Allah SWT. berfirman, yang artinya "Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan wejangan: “Wahai
anakku, janganlah kau sekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan menyekutukan
Allah (syirik) itu kedzaliman yang sangat besar.” (Luqman: 13).
b.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada
anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. al-Baqarah :132)
c.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidak
ada hak seorang muslim yang memiliki sesuatu yang dia ingin berwasiat padanya
yang tertahan dua malam kecuali wasiatnya ditulis di sisinya." (HR.
Bukhori dan Muslim).
5. Tawasul, yaitu menghubung-hubungkan
ruh kita kepada ruh para ahli silsilah agar dapat wushul kepada Alloh SWT.
Berikut ini dalilnya;
a.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(Q.S Al Maaidah
: 35)
b.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, "Mereka berkata: “Wahai ayah kami,
mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang bersalah (berdosa)” (Q.S Yusuf : 97)
c.
Ya’qub
berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Yusuf : 98)
6. Riwayat, membacakan riwayat orang
sholeh dengan maksud untuk diteladani sangatlah bermanfaat (kifarat terhadapa
dosa), berikut ini dalilnya;
a.
Melaksanakan
manaqib dengan tujuan untuk mendekati Allah dengan cara mendekati orang-orang
yang dicintai Allah adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Luqman:
15: “.... dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
b.
Tafsir
al Qurthuby mengartikan “anaba ilayya” kembali kepada-Ku (Allah SWT) yaitu
kembali kepada jalan para Nabi dan orang-orang sholeh. Dengan demikian maka
mengikuti jalan orang-orang sholeh apalagi para ulama dan aulia merupakan
anjuran Allah dan Rasul-Nya. “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus:
62)
c.
Dalam
Al-Quran dikatakan: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar". (At-Taubat 100).
d.
Rasulullah
Saw.bersabda: “Barangsiapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal)
sama saja ia telah menghidupkannya kembali.Dan barangsiapa membacakan
sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya.Maka Allah akan
menganugerahinya ridhaNya dengan memasukkannya di surga.”
e.
“Ketahuilah
seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan,agar ia
mencari berkah dan anugerah serta terkabulnya doa dan turunnya rahmat di depan
para wali,di majelis-majelis dan perkumpulan mereka,baik masih hidup ataupun
sudah mati,di kuburan mereka ketika mengingat mereka,dan ketika orang banyak
berkumpul dalam menziarahi mereka,dan pembacaan riwayat hidup mereka
(manaqiban).” (Dalam kitab Jala’ adz-Dzulam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awam).
7.
Shalawat, didalam majelis manaqib juga banyak membaca
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dalilnya;
a.
Allah
SWT. berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya".
b.
Hadist
yang artinya: "Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan
rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai
per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai
kepadaku dimana saja kamu berada." (HR. Al-Nasâ'i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).
8. Tholabul 'Ilmi, juga didalam majelis
manaqib ada hidmat ilmiah, yaitu ceramah agama Islam oleh Mubaligh/Da'i
pembinan, sebagaimana dalilnya;
a.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).
b.
Allah SWT. berfirman yang artinya, "Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama?" (QS. At-Taubah:122)
c.
Rosulullaah SAW. bersabda yang artinya, "Menuntut ilmu
itu diwajibkan bagi setiap orang Islam" (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi,
Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).
d.
Imam Syafii (Rahimahullahu Ta'ala) berkata, "Barang
siapa yang tidak cinta terhadap ilmu, maka tidak ada kebaikan padanya; dan
janganlah di antara kamu dengannya terjalin hubungan intim dan tidak perlu
kenal dengannya, sebab orang yang tidak mau belajar ilmu, tentu ia tidak akan
mengetahui cara-cara beribadah dan tidak akan melaksanakan ibadah sesuai dengan
ketentuan-ketentuannya. Seandainya ada seseorang yang beribadah kepada Allah
Swt. seperti ibadahnya para malaikat di langit, tetapi tanpa dilandasi dengan
ilmu, maka ia termasuk orang-orang yang merugi." (Dikutip dari kitab
'Ilajul Amradlir Radiyyah, hamisy kitab 'Fawaidul Makkiyyah', halaman 14-15).
9. Shodaqoh; baik dengan hartanya,
ilmunya, dan tenaganya. Dalilnya;
a.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Alloh,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Alloh), Maka Alloh akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan
Alloh menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” (Al-Baqoroh : 245).
b.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam
dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (Al-Baqoroh : 274).
c.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Alloh menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu. Dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka
mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Alloh
pinjaman yang baik, niscaya Alloh melipat gandakan balasannya kepadamu dan
mengampuni kamu. dan Alloh Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.”
(At-Taghobun : 16-17)
d.
Allah
SWT. berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, Maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang
sebaik-baiknya.” (Saba’ : 39).
e.
Rosullullah
SAW. bersabda yang artinya, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air
memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At
Tirmidzi, 614)
f.
Rosullullah
SAW. bersabda yang artinya, “Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia
menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421) (wawancara dengan Aj.sambas Muhammad Nasir, staf pengajar
Santri Pesantren Sirnarasa. Tanggal 11 Juli 2014).
3.4. Nilai Dakwah Dalam Manakiban di
Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Dakwah merupakan sebuah risalah
universal, dakwah kepada manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi
setiap hamba Alloh, Arab maupun non Arab, setiap negeri Alloh Barat maupun
Timur dan semua warna kulit (Qardhawy, h. 339).
Adapun Dakwah melalui pengajian
manaqib ala TQN Pondok Pesantren Suryalaya artinya semua unsur yang terlibat di
dalamnya baik mubaligh atau mustami harus mengacu kepada maklumat yang
dikeluarkan oleh Pangersa Abah Anom selaku Mursyid TQN Pondok Pesantren
Suryalaya.
Bagi masyarakat di Dusun Cisirri, adanya pengajian manaqiban telah
memberi nilai yang sangat besar sekali bagi perubahan tatanan kehidupan
ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun spiritual. Nilai dalam kamus bahasa
Indonesia h. 337 berarti taksiran, harga, angka,
atau sifat-sifat yang penting, berguna bagi manusia. Sedangkan menurut istilah
keagamaan, nilai adalah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh
warga masyarakat pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang
bersifat suci, sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan masyarakat
yang bersangkutan (Nurseri, h. 221).
Pengajian Manaqiban
sendiri dipercaya oleh masyarakat di Dusun Cisirri merupakan pengajian yang
memberikan nilai keberkahan bagi siapa saja yang mengikutinya atas dasar
mahabbah pada guru mursyid dengan mengikuti sepenuh hati apa yang disukai oleh
Guru Mursyid. Dan pengajian manaqiban adalah salah satu bentuk amalan yang
disukai oleh Guru Mursyid (Wawancara dengan KH. Ucu Syamsudin, tanggal 21 juli
2014).
Nilai –nilai
dari Amaliyah Manaqiban bagi warga di Dusun Cisirri telah memberikan dampak
yang cukup signifikan bagi perubahan akhlak warganya. Hal ini terindikasikan
dengan prilaku sebagian besar warga masyarakatnya yang senang melakukan
ritual-ritual amaliyah sebagai manifestasi rasa kehambaan mereka yang penuh
dengan noda dan dosa. Warga masyarakat di Dusun Ciceuri berupaya mengikuti
pembimbing mereka yaitu Ajengan Gaos untuk menjadi ahli taubat yaitu tidak
melakukan kedua kalinya perbuatan yang bertentangan dengan peraturan agama maupun
negara (wawancara dengan Ust. Ayi Abdul Jabbar, tanggal 21 juli 2014).
Dampak positif
lainnya bagi warga masyarakat Dusun Ciceuri dengan terselenggaranya manaqiban
adalah menjadikan masyarakatnya tidak silau dengan gemerlapnya dunia berupaya
kekayaan bersifat materi. Walaupun mereka kerap disuguhi pemandangan
gemerlapnya kekayaan dari tamu-tamu yang datang namun warga masyarakat
menyikapi biasa biasa saja. Memang warga masyarakat pun berupaya untuk
menjadikan diri mereka makmur secara ekonomi namun pandangan dari Ajengan Gaos
yang menyampaikan kepada warga masyarakat harus bersikap zuhud dan waro dalam
artian warga masyarakat harus berupaya bekerja keras agar bisa menjadi makmur
secara ekonomi namun jangan menjadikan kekayaan tersebut tertanam dalam hati
(wawancara dengan ust. Sambas M Nashir, tanggal 21 Juli 2014).
Selain itu,
nilai postif adanya pengajian manaqiban bagi warga di Dusun Ciceuri adalah
menjadikan warganya menjadi pribadi-pribadi yang toleran, humanis, ramah, suka
membantu, gotong royong dan dermawan seperti yang diamanahkan dalam Tanbih
(Wasiyat dari Abah Sepuh bagi para murid yang biasa dibacakan saat amaliyah
manaqiban).
3.5. Faktor pendorong dan penghambat
pelaksanaan manakiban sebagai metode dakwah di Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec.
Panjalu
3.5.1. Faktor Pendorong
Saat ini, Pengajian
Manaqiban di Dusun Cisirri berkembang dengan pesat. Pesatnya pengajian manaqib
di Dusun Cisirri dimulai semenjak jadwal pelaksanaan manaqiban dirubah dari
malam hari (setiap malam Jum’at minggu pertama bulan hijriyyah) menjadi pagi
hari (setiap tanggal 10 hijriyyah).
Perubahan jadwal
manaqib ini dilakukan pada Bulan Januari 2013. Kini jama’ah yang menghadiri
pengajian manaqib di Dusun Ciceuri bukan saja para ikhwan dari Wilayah Priangan
Timur namun dari berbagai daerah di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Medan, Lampung dan Sulawesi Barat ada yang rutin menghadiri.
Rata-rata yang hadir setiap bulannya berkisar 6000 orang. Indikasi ini
ditunjukkan dengan jumlah air minum gelas yang diberikan kepada para ikhwan
juga nasi bungkus untuk menjamu peserta pengajian manaqib (Wawancara dengan
Bapak Odih koordinator konsumsi, tanggal 02 Juli 2014).
Yang paling dominan
atas berkembangnya pengajian manaqib di Dusun Ciceuri adalah adanya tokoh yang
dikenal cukup luas dan kharismatis yaitu KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul. Sosok
Ajengan Gaos lah yang menjadikan magnet tertariknya para ikhwan untuk
menghadiri manaqiban di Dusun Cisirri baik yang datang dari dekat maupun yang
jauh .
Adanya
beberapa media cetak dan elektronik semisal Majalah Nuqthoh, Majalah Taabut,
Majalah Jagat ‘arsy, Tabloid Duta Priangan dan Jagat Arsy TV yang intensive
memberitakan tentang sosok Ajengan Gaos juga Kegiatan Manaqiban di Dusun
Cisirri sehingga menjadikan banyaknya orang-orang untuk datang ke Dusun Ciceuri.
3.5.2. Faktor
penghambat
Perjalanan Dakwah
Pengajian Manaqib Syekh Abdul Qodir al Jailani qs ala TQN PP. Suryalaya yang
dikembangkan di Dusun Ciceuri harus menempuh perjalanan yang cukup panjang
untuk bisa eksis seperti sekarang ini. Beberapa faktor yang menjadikan tidak
mulusnya pengembangan pengajian manaqiban di Dusun Ciceuri, antara lain:
1.
Tokoh-tokoh
utama di Desa Ciomas yang menjadi induk dari Dusun Ciceuri antara lain para
ustadz dan tokoh masyarakat kurang begitu respek dengan pengajian manaqiban.
Sebagian dari para tokoh tersebut bahkan secara pro aktif menyampaikan kembali
kepada masyarakat untuk tidak mengikuti pengajian manaqiban. Bukti secara riil
nya adalah pengajian manaqib di wilayah Desa Ciomas yang terdiri dari Dusun
Ciceuri, Dusun Cangkuang, Dusun Hanjatan, Dusun Ciomas dan Dusun Sukamulya
umumnya tidak dihadiri sebagian masyarakat pecinta pengajian. Mereka lebih
memilih pengajian yang bersifat umum (Wawancara dengan Rurah Abdul Rojak Ciomas
dan Ibu Hj. Siti Maryam sesepuh di Desa Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
2.
Kurangnya
mubaligh lokal yang berasal dari Wilayah Desa Ciomas sendiri yang menyampaikan
dakwah berbasis thoriqot. Kebanyakan para mubaligh yang memegang masjid-masjid
dusun di Wilayah Desa Ciomas adalah lulusan lembaga keagamaan yang tidak respek
dengan Thoriqot (Wawancara dengan Ust. Muhaimin DKM Masjid Nurul Falah
Hanjatan, Ust. Amir DKM Masjid al Istiqomah Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
3.
Ada di antara
mubaligh thoriqot yang menyampaikan dakwah tidak sejalan dengan Tanbih (Wasiat
Abah Sepuh selaku pendiri PP. Suryalaya kepada para murid agar berlaku Cageur
Bageur) yang berakibat kepada dakwah inti sendiri yaitu menjadi antipati
daripada meraih simpati (Wawancara dengan Ibu Hj. Maryam sesepuh di Desa Ciomas
yang juga juru kunci Makam Kekeramatan Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
3.6. Dampak sosial ekonomi, politik dan
budaya dari pelaksanaan manakiban terhadap Masyarakat Dusun Ciceuri Desa Ciomas
Kec. Panjalu
Sejarah
telah merekam, bagaimana kondisi Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kecamatan Panjalu
Kabupaten Ciamis sebelum tahun 1972. Daerah ini merupakan tempat yang
kebanyakan penduduknya adalah warga miskin dengan pendidikan rata-rata hanya
sampai tingkat SD. Kondisi seperti ini bahkan masih menimpa sebagian masyarakat
sampai dengan Tahun 1990 (Wawancara dengan Ibu Hj. Siti Maryam).
Seiring dengan
berkembangnya Pengajian manaqiban di Dusun
Ciceuri
serta dikenal luasnya Ajengan Gaos oleh berbagai kalangan menjadikan banyaknya
berbagai kalangan untuk datang ke Ciceuri
mengikuti Pengajian Manaqib dan bertemu dengan Ajengan Gaos, baik untuk sekedar
tabaruk maupun untuk kepentingan pribadi lainnya yang terkait dengan konsultasi
masalah amaliyah keagamaan maupun masalah spiritual lainnya. Hal ini tentunya
membawa dampak perubahan terhadap tatanan kehidupan masyarakat di Dusun Ciceuri Desa Ciomas. Perubahan tersebut
tidak hanya terkait dengan masalah perekonomian dan sosial tetapi masuk pula ke
ranah budaya dan politik. Berikut beberapa dampak dengan adanya pengajian
manaqib di Dusun Ciceuri.
3.6.1. Dampak
Ekonomi
Saat ini, kondisi
perekonomian warga masyarakat di Dusun Ciceuri terlihat meningkat dari bulan ke bulan terutama
dalam 1 tahun belakangan ini. Dengan arus jama’ah Pengajian Manaqiban yang
semakin banyak menginspirasi masyarakat untuk memanfaatkan kehadiran mereka
yang bisa berdampak dalam peningkatan perekonomian masyarakat itu sendiri.
Banyak warga masyarakat membuka usaha warung, menyewakan rumahnya untuk
penginapan, menyediakan lahan kosong untuk tempat parkir, membuka industri
rumahan bidang makanan untuk oleh-oleh jama’ah manaqib yang berasal dari kota,
juru parkir dan masih banyak lainnya yang memberi dampak cukup signifikan dalam
peningkatan perekonomian masyarakat (Wawancara dengan Ketua RT. 10 dan RT 11
RW. 05 Dusun Ciceuri).
3.6.2. Dampak
Sosial
Seiring
dengan banyaknya berbagai kalangan ke Dusun Ciceuri hal ini turut pula menimbulkan
dampak sosial, antara lain :
1.
Harga makanan
dan harga barang yang dijual di Dusun Ciceuri cukup mahal untuk ukuran warga bahkan untuk ukuran
tamu sekalipun. Hal ini diakibatkan euforia sebagian masyarakat pelaku ekonomi, atas kehadiran banyak tamu yang tidak
pernah mereka rasakan pada waktu-waktu sebelumnya dan sebagian masyarakat
pelaku ekonomi tersebut menyamaratakan dan berpendapat bahwa mereka yang datang
ke Dusun Ciceuri
adalah orang-orang berduit sehingga memanfaatkan mereka bukanlah menjadi suatu
persoalan.
2.
Sebagian warga
masyarakat menjual lahan-lahan produktif mereka kepada para tamu yang
selanjutnya oleh para tamu dibangun menjadi sebuah rumah dan dipakai oleh
komunitasnya setiap kali datang ke Ciceuri untuk manaqiban. Sebagai Contoh, orang kaya Bekasi
membuat sebuah rumah di Ciceuri
kemudian dinamakanlah Wisma Bekasi untuk selanjutnya, setiap ikhwan yang
berasal dari Bekasi setiap bulannya akan menginap disana. Hal ini memang baik
untuk kemudahan jamaah luar kota namun berakibat semakin kurangnya lahan
produktif masyarakat.
3.
Berkurangnya
lahan pertanian warga masyarakat karena lahan yang ada di pakai untuk perluasan
lahan parkir karena kendaraan para tamu semakin tidak tertampung dan hal ini
menjadikan sebagian warga masyarakat tidak lagi tertarik untuk menjadi petani
ataupun penggarap lahan pertanian karena mereka leih tertarik untuk
memanfaatkan kehadiran tamu sebulan sekali untuk bisa didayagunakan untuk
kepentingan ekonomi (Wawancara dengan Ketua RW.05 Dusun Cisirri)
4.
Adanya
kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok antara warga masyarakat yang bisa
memanfaatkan keberkahan manaqib dengan banyaknya tamu dengan warga masyarakat
yang sama sekali tidak
punya akses maupun kesempatan dalam mendayagunakan kesempatan dengan banyaknya
tamu-tamu yang datang
tersebut.
3.6.3. Dampak
Politik
Dengan
banyaknya jama’ah yang datang ke Dusun Ciceuri berpengaruh pula dalam atmosfir politik terutama menjelang
pemilihan umum, baik pemilukada, pemilu legislatif maupun pilpres. Sebagian di
antara tokoh-tokoh politik atau mereka yang bergelut di ranah politik berupaya
memanfaatkan banyaknya jama’ah yang datang ke Ciceuri untuk kepentingan politik yang bersangkutan dengan maksud bisa
memberikan konstribusi suara sesuai kepentingan mereka. Ada di antara warga
masyarakat yang terpengaruh namun sebagian besar masyarakat tetap mengacu
kepada pilihan politik Ajengan Gaos selaku sosok yang mereka ikuti fatwanya.
3.6.4. Dampak
Budaya
Orang-orang yang datang ke Dusun Ciceuri berlatar belakang dari berbagai strata masyarakat dengan suku yang
beragam. Walaupun hal ini belum mempengaruhi karakter masyarakat yang ada di
Dusun Cisirri namun tanda-tanda akulturasi budaya sudah mulai nampak. Seperti
contohnya, dalam setiap moment kegiatan yang ada di Ciceuri, ada pentas-pentas
budaya yang ditampilkan sesuai dengan daerah asal mereka. Tentunya hal ini
sedikit banyaknya turut mempengaruhi pemikiran serta adat istiadat warga
masyarakat di Dusun Cisirri.