AL-FARABI
A.
Biografi
Singkat
Al-Farabi
ialah ilmuwan dan filsuf islam yang berasal dari Farab. Nama lengkap beliau adalah Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhn ibn Auzalagh. Dikalangan
orang latin abad tengah ia lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunaser). Ia lahir
di Wasij pada tahun 257 H / 870 M. Ayahnya seorang Jendral berkebangsaan Persia
dan ibunya berkebangsaan Turki. Sebutan
al-Farabi sebenarnya diambil dari nama kota Farab sebuah distrik (setingkat
Kabupaten/kota) provinsi Transoxiana, Turkestan, yakni distrik tempat kelahiran
beliau, tepatnya di desa kecil bernamaWasij. Al-Farabi meninggal dunia di
Damsyrik pada bulan Rajab tahun 339 H / 950 M, saat berumur 80 tahun dan
dimakamkan disana.
Al-Farabi dikatakan
memiliki daya akal yang tinggi sejak masa kecilnya, karena di usia mudanya
beliau telah mampu belajar berbagai macam ilmu Pengetahuan. Al-Farabi juga dapat
menguasai beberapa bahasa asing, di antaranya adalah bahasa Syria, Arab,
Yunani, dan masih banyak lagi. Setelah besar, Al-Farabi mampu menguasai
berbagai bidang dalam ilmu keagamaan, di antaranya adalah ilmu Nahu, Tafsir,
Hadis, Fiqh, dan sebagainya, selain itu juga mahir dalam berbagai cabang
falsafah, ilmu lingkungan, ilmu militer dan ilmu musik. Walaupun begitu,
Al-Farabi lebih tertarik dan memberikan perhatiannya pada bidang falsafah dan
logika.
Al Farabi selalu
berpindah tempat dari waktu ke waktu. Setelah besar Al Farabi pindah ke Baghdad
dan tinggal di sana sekitar 20 tahun lamanya. Di sana ia memperdalam filsafat,
logika matematika, etika, ilmu politik, dan sebagainya. Dari Baghdad Al Farabi
pindah ke Harran (Iran). Di sana ia belajar filsafat Yunani kepada beberapa
orang ahli, diantaranya Yuhana dan Hailan. Tak lama kemuidian meninggalkan
Harran dan kembali lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad ia
menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis. Al Farabi mengarang buku
tentang logika, fisika ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik dan
lain-lain. Tetapi kebanyakan karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah
hilang dalam peredaran dan diperkirakan tersisa sekitar 30 buah.
B.
Karya
Tulis
1. Selama di Baghdad ia menghabiskan waktunya menulis karya-karyanya
Agrad Al Kitab Ma Ba’da
At Tabi’ah (Intisari buku Metafisika)
Al Jam’u Baina Ra’yai
Al Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf : Plato dan Aristoteles)
‘Uyun Al Masa’il
(Pokok-pokok Persoalan)
2. Pikiran-pikiran Pendidikan Kota
Ihsa’ Al Ulmu
Al madinatul Fadlilah
(Negeri Utama)
Risalah Assiyassiyah
Assaamarotul
Mardliyayah
Al Majau
3. Dalam bidang fisika :
On Vacum
Against Astrology
4. Dalam bidang Metafisika :
About the Scope of
Aristoteles Metaphysizs
On the one (Fi Al Wahid
dan Wahda)
5. Ulasannya terhadap karya Aristoteles
Burhan (dalil)
Ibarat (keterangan)
Khitobah (cara
berpidato),
Al-Jadal
(argumentasi/berdebat),
Qiyas (analogi)
Mantiq (logika)
6. Ulasannya terhadap karya Plotinus
Kitab al-Majesti
fi-Ihnil Falaq
7. Ulasannya terhadap karya Iskandar Al Dfraudisiy
tentang Maqalah
Fin-nafsi
C.
Pemikiran
Al-Farabi tentang ilmu pengetahuan
Dalam
menetapkan penggolongan jenis ilmu, Al-farabi menampilkan gambaran pemikiranya
yang lengkap, sehingga dapat dilihat dengan mudah segi-segi persamaan yang ada diantara
berbagai jenis ilmu, yang pada mulanya diduga tidak ada persamaanya sama
sekali. Seperti ilmu nahwu misalnya, yang menjadi dasar penelitian soal bahasa
ilmu semantic.
Menurut
al-Farabi, terdapat tiga macam keutamaan, yaitu Keutamaan Pandangan, keutamaan
berpikir dan keutamaan akhlak. Dalam Tahshilus-Sa’adah ia mengatakan : “
masalah kemanusiaan yang jika dihayati oleh bangsa-bangsa atau oleh penduduk
suatu negri dapat mendatangkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan pertama dan
kebahagiaan yang jauh lebih tinggi didalam kehidupan akhirat, ada tiga yaitu :
Pandangan utama, akhlak utama dan perbatan utama.
Yang
dimaksud dengan “ pandangan utama” ialah berbagai jenis ilmu menuju kepada
pengetahuan tentang semua yang ada di alam wujud, dan ini terbagi dalam dua
bagian : Ilmu Fithriyyah badihiyyah ( yakni pengetahuan yang dicapai melalui
intuisi ) dan ilmu lainya yang dapat dicapai dengan jalan pengamatan,
penelitian, pengajaran dan belajar. Semua ilmu tersebut terdiri dari tiga jenis
pokok, yaitu ilmu pasti,ilmu alam dan ilmu ketuhanan atau metafisik.
Dalam Buku Ihsa al-Ulum merupakan encyclopedia mengenai ilmu akhlak yang terbagi atas lima bagian: 1. bahasa, 2. ilmu hitung, 3. logika, 4. ilmu-ilmu alam (natural sciences), dan 5. politik dan sosial ekonomi (sosio ekonomi).
Dalam Buku Ihsa al-Ulum merupakan encyclopedia mengenai ilmu akhlak yang terbagi atas lima bagian: 1. bahasa, 2. ilmu hitung, 3. logika, 4. ilmu-ilmu alam (natural sciences), dan 5. politik dan sosial ekonomi (sosio ekonomi).
Bagi
al-Farabi logika bukanlah satu jalan untuk mencapai ma’rifat, tetapi ia adalah
alat pencapai ma’rifat. Logika bukanlah jalan untuk mendapatkan hakikat, tetapi
ia sendirilah pendapat dari hakikat itu.
Tata
kerja akal dalam proses pemikiran (amaliyat al-fikri), menurut al-Farabi
meningkat secara bertahap. Akal pada seseorang bayi bersifat potensial (aqlu
bil quwwati), yang disebut oleh al-Farabi dengan aqlul-hayuli (material
intelect). Aqlul-hayuli itu bersifat pasif (passive intelect), dan mulai
bergerak menjadi akal berkarya (aqlu bil-fi’li, actual intellect) setelah
menerimakan gambaran bentuk-bentuk (al surah, forms) melalui kodrat indriani
(al hassat) maupun kodrat imajinasi (al mutakhayyilat). Ia pun mengolahnya
menjadi pengertian-pengertian (al ma’ani, conceptions) dan pada tahap itu ia
pun berubah menjadi akal berdaya guna (aqlul-mustafad, acquired intellect).
Akal berdaya guna (aqlul-mustafad, acquired intellect) itu sekedar bertindak
mengolah, mencari hubungan-hubungan diantara segala pengertian, untuk
merekamkan tahu (al’ilm, knowledge) pada perbendaharaan ingatan. Akan tetapi
tahu itu sendiri menurut al-Farabi adalah anugerah dari akal giat (aqlul-fa’al,
active intellect) yakni kodrat ilahi, sebagai akibat dari kegiatan akal berdayaguna
itu. Tahu di dalam perbendaharaan ingatan itu berpangkal pada materi dan bentuk
(al madah dan al shurah) yang ditangkap oleh kodrat indriani dari alam luar.
Materi itu tidak punya perwujudan tanpa bentuk. Akan tetapi di dalam proses
pemikiran (amaliyat alfikri) senantiasa materi itu dipisahkan dengan bentuk
hingga diperkirakan perwujudan materi tanpa bentuk, yang oleh al-Farabi disebut
dengan al hayuli dan oleh Aristoteles, disebut dengan hyule.
D.
Klasifikasi
Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Farabi.
Al-farabi
telah memberikan klasifikasi tentang ilmu pengetahuan dalam tujuh bagian,
yaitu: logika, percakapan, matematika, physika, metaphysika, politik, dan ilmu
fikhi (jurisprudence). Ketujuh ilmu pengetahuan ini telah melingkupi seluruh
kebudayaan Islam pada masa itu.
Ilmu
pengetahuan tentang percakapan, yang dikenal sebagai ilmu al-lisan, dibaginya
pula atas tujuh bagian, yaitu: bahasa gramatika, syntax (ilmu tarkib al-kalam),
syair, menulis dan membaca. Aturan ilmu bahasa yang melingkupi ketujuh
pembagian ini, merupakan tujuh bagian pula, yaitu: ilmu kalimat mufrad, ilmu
kalimat yang dihubungkan oleh harf el-jar (proposition), undang-undang tentang
penulisan yang benar, undang-undang tentang pembacaan yang betul, dan aturan
tentang syair yang baik.
Ilmu
logika, diajarkan kepada tingkatan tinggi, bagi orang-orang yang hendak
menyediakan dirinya menjadi sarjana. Oleh karena itu, ilmu logika itu lebih
dipandang bersifat seni daripada sifatnya sebagai ilmu. Ilmu atau seni logika
pada umumnya terdiri sebagai berikut: “Supaya dapat mengoreksi fikiran
seseorang, untuk mendapatkan kebenaran”. Logika itu dibagi dalam delapan
bagian, dimulainya dengan Catagory dan disudahi dengan syair (poetry).
Tentang
matematika, al-Farabi membaginya menjadi tujuh bagian, yaitu: arithmatika,
geometri, optika, astronomi, musik, hisabaqi (Latin: arte ponderum), dan
mekanika.
Metaphysika,
ditujukan pada dua jenis pelajaran. Pertama, pengetahuan tentang makhluk dan
kedua, contoh-contoh dasar atau filsafat ilmu. Tentang ilmu makhluk, dikatakannya
sebagai ilmu yang mempelajari dasar-dasar makhluk yang tidak didasarkan kepada
bentuk jasmani atau benda-benda berupa tubuh.
Politik, dikatakannya juga sebagai ilmu sipil, yang menjurus kepada etika dan politika. Filsuf-filusuf Islam, menyalin perkataan Politeia dari bahasa Yunani, dengan perkataan Madani. Arti perkataan ini adalah sipil yang berhubungan dengan kota.
Politik, dikatakannya juga sebagai ilmu sipil, yang menjurus kepada etika dan politika. Filsuf-filusuf Islam, menyalin perkataan Politeia dari bahasa Yunani, dengan perkataan Madani. Arti perkataan ini adalah sipil yang berhubungan dengan kota.
Ilmu
agama, dibaginya kepada fikih (Yurisprudence) dan kalam (theology). Ilmu kalam
ada dua cabangnya yang kemudian dimasukkan menjadi ilmu agama, adalah
pengetahuan baru yang dimasukkan ke dalam Islam.
AL-GHAZALI
A.
Biografi
Singkat
Imam Al-Ghazali adalah
seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak
memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Nama lengkap beliau
adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Beliau
lahir di Thusi pada tahun 450 H / 1058 M.Al-Ghazali mempunyai seorang ayah yang
soleh sufi menjaga hati dan tangannya untuk melakukan yang halal. Imam
Al-Ghazali wafat di negeri kelahirannya Ath-Thusi pada hari senin 14 Jumadil
Akhir pada tahun 505 H bersamaan dengan tahun 1111 M dan dimakamkan di
Pemakaman Ath-Thobron.
Imam al-Ghazali
mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam
karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu
Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai
pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu
pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk
bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu
pengetahuan. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah
mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah,
Madinah, Jerusalem, dan Mesir.
Pada tingkat dasar, dia
mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan
keluarganya. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani
dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di
Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah
dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang
didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah.
B.
Karya
Tulis
Mengenai kitab-kitab
yang ditulis oleh al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya,
di antaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf,
mantiq, falsafat, dan lainnya.
1. Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama)
1. Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama)
Ini merupakan kitab
paling terkenal yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan
berpindah-pindah antara syam, Yerussalem, Hijaz dan Yus, dan yang berisi paduan
indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum
muslimin, tetapi juga di dunia Barat dan luar Islam.
2. Tahafut al-Falasifah (menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari
segi agama).
3. Al-Munqidz min adh-Dhalal (menerangkan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu).
Kedua kitab ini , yaitu
Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal merupakan kitab yang memuat
di dalamnya tentang permasalahan adanya peperangan dari kalangan fuqaha dan
tasawuf (Ibnu Rusyd), disebabkan sikap al-Ghazali yang menentang para filosof
Islam, bahkan ia sampai mengkafirkan dalam tiga hal, yaitu :
a. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.
b. Membatasi pengetahuan Tuhan kepada hal-hal yang besar saja
c. Adanya kepercayaan tentang qadimnya alam dan keasliannya.
4. Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam)
5. Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
6. Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
Dalam buku ini, juga
menyepakti bahwa persoalan yang tiga hal dalam kitab Tahafut al-Falasifah
dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal menjadi kepercayaan orang-orang tasawuf juga.
Bahkan dalam bukunya Al-Madhum ‘ala Ghairi Ahlihi, ia mengakui qadimnya alam.
7. Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama-nama
Tuhan)
8. Faishal At-Tafriq Baina Al-Islam Wa Al-Zindiqah (perbedaan antara Islam dan
Zindiq)
9. Al-Qisthas Al-Mustaqim (jalan untuk mengatasi perselisihan pendapat)
10. Al-Mustadhhir
11. Hujjat Al-Haq (dalil yang benar)
12. Mufahil Al-Khilaf fi Ushul Ad-Din (menjauhkan perselisihan dalam masalah
ushul ad-din)
13. Kimiya As-sa’adah (menerangkan syubhat ahli ibadah)
14. Al-Basith (fiqh),
15. Al-Wasith (fiqh),
16. Al-Wajiz (fiqh),
17. Al-Khulasahah Al-Mukhtasharah (fiqh),
18. Yaqut At-Ta’wil fi Tafsir At-Tanzil (tafsir 40 jilid),
19. Al-Mustasfa (ushul fiqh),
20. Al-Mankhul (ushul fiqh),
21. Al-Muntaha fi ‘ilmi Al-Jadal (cara-cara berdebat yang baik),
22. Mi’yar Al-‘ilmi,
23. Al-Maqashid (yang dituju),
24. Al-Madnun bihi ’ala Ghairi Ahlihi,
25. Misykat Al-anwar (pelajaran keagamaan),
26. Mahku An-Nadhar
C.
Pandangan
Al-Ghazali tentang ilmu pengetahuan
Al-Ghazali telah
membuat dua macam perbedaan pengetahuan yang ada pada manusia yaitu:
1. Pengetahuan yang didapatkan melalui belajar dan usaha, atau melalui
pembelajaran manusia.
2. Melalui kasyaf dan ilham, yakni melalui pembelajaran rabbani.
Menurut Al-Ghazali
pembelajaran manusia merupakan usaha yang didapatkan lewat pengambilan dalil,
eksperimentasi dan istimbat hukum.
Sedangkan metode kasyf
adalah metode ilmu ladunni—ilmu Rabbani—yang tidak didapatkan lewat usaha, akan
tetapi dihujamkan ke dalam hati melalui jalan yang tidak ia ketahui. Oleh
karenanya itu, pengetahuan ini disebut ilham atau wahyu dilihat dari cara
mendapatkannya, diketahui ataukah tidak diketahui. Allah berfirman,
“Barang siapa yang
Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam. ” (Al-An’am: 125).
Sesungguhnya manusia
bias mendapatkan ilham (wahyu) ilahiyhiyah jika telah terangkat hijab dari
hatinya dengan cara menjernihkan dan mensucikan hatinya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya.” (As-Syam: 9-10).
Yang dimaksud dengan
ilmu ladunni itu adalah terbukanya rahasia hati tanpa adanya sebab yang datang
dari luar.
Di antara bukti paling
pokok yang menjelaskan tentang adanya ilham adalah adanya fitrah ketuhanan yang
diberikan Allah pada setiap jiwa. Al-Ghazali menjelaskannya seperti di bawah
ini:
1. Semua jiwa pada dasarnya adalah ahlul makrifat dan mampu meraihnya, karena
semua jiwa, melalui kesuciannya yang asli dan sifat-sifatnya, dapat menerima
cahaya jiwa universal di dalamnya, dan siap menerima bentuk yang rasional
darinya. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, sedangkan segala ilmu
tertanam dalam jiwa melalui kekuatan.
2. Rahmat Allah tercurahkan melalui hikmah-hikmah kedermawanan dan
kemuliaan-Nya, yang tidak seorangpun terlewatkan di dalamnya. Semua itu akan
sempurna melalui jiwa universal, sebab segala ilmu berada dalam subtansi jiwa
yang berhubungan lansung dengan akal pertama.
3. Di sana ada jiwa-jiwa yang tetap dalam kesuciannya yang pertama, yaitu
jiwa-jiwa para nabi yang mampu menerima wahyu dan motivasi, oleh karena itu
Allah menerimanya secara menyeluruh.
4. Adapun jiwa-jiwa yang lain, sesuai dengan tingkat keterjagaannya atas
kesuciaan jiwanya yang pertama. Di antara penyebab berkurangnya kesucian
tersebut adalah:
a. Terkikis dengan sendirinya seperti terkikisnya hati seorang anak kecil.
b. Karena maksiat dan kotoran yang bertumpuk di atas hati berupa syahawat yang
mengakibatkan terhalangnya Al-Haq di dalam hati karena gelapnya.
c. Menyimpangnya hati dari tujuan yang diinginkan, yang darinya bersumber
kebenaran.
d. Terhalang oleh taklid dan fanatisme mazhab.
Ilham adalah semacam
ilmu ladunni yang Allah curahkan kepada manusia, dan menghujamkannya ke dalam
hati manusia, yang dengannya manusia mampu menyingkap segala rahasia, dan dapat
memperjelas segala hakikat.
Ada beberapa ayat
Al-Qur’an yang mengisyaratkan adanya ilmu ladunni– ilmu rabbani yang dapat
mengantarkan pelakunya melalui ilham- yang diberikan Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya.
AR-RAZI
A.
Biografi
Singkat
Ar-razi
dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains
Iran. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn
Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi. Beliau lahir di
sebuah kota bernama Rayy, kota tua yang dahulunya bernama Rhogee, dekat
Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H / 865 M. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Beliau wafat pada tanggal 5
Sya’ban 313 H / 925 M, sampai meninggal beliau belum dapat disembuhkan kebutaan
matanya.
Pada masa mudanya
beliau menjadi tukang intan dan suka pada musik(kecapai). Beliau cukup reflek
terhadap ilmu kimia, dan beliau juga belajar ilmu kedokteran(obat-obatan)
dengan sangat tekun kepada seoarang dokter dan filosof. Dengan latar belakang
itulah Ar-Razi di kota kelahirannya dikenal sebagai seorang dokter, sehingga
beliau dipercaya untuk memimpin rumah sakit di Rayy oleh Mansur bin Ishaq Ibn
Ahmad Ibn Asad ketika Mansur menjadi Gubernur. Dan beliau juga menulis buku
yang dipersembahkan untuk Gubernur tersebut.
Sebagai seorang yang
terkenal, pada dasarnya beliau mempunyai banyak murid belajar kepadanya. Metode
penyampaian materinya adalah sistem daya pengembangan intelektual. Diantara
muridnya yang cerdaslah Abu Bakar Ibn Qorin Ar-Razi, yang kemudian menjadi seorang
dokter. Beliau selalu menggunakan waktunya untuk menulis dan belajar.
Kemungkinan hal itu sebagai salah satu indikasi kebutaan matanya.
Sebagai ilmuwan dan
dokter beliau seorang yang bermurah hati, sayang terhadap pasien-pasiennya,
dermawan, karena itu beliau memberikan obat secar gratis kepada mereka yang
tidak mampu( materi).
B. Karya Tulis
1. Karya tulis Dalam bidang kedokteran:
Hidup yang Luhur (Arab:
الØاوي)
Petunjuk kedokteran
untuk masyarakat umum (Arab: من لا ÙŠØضره الطبيب),
Pengobatan Alternatif Ketika Tidak Ada Dokter
Keraguan pada
Galen
Penyakit pada
anak
Kitab al-Mansoori, yang
terdiri dari 10 jilid, membahas secara detil tentang pengobatan era
Arab-Yunani
Al-Havi, ensiklopedia
kedokteran yang terbesar disusun pada masa itu
Kitab al-Mulooki dan
Kitab al-Judari wa
al-Hasabah, di kitab ini Ar-Razi untuk pertama kalinya membahas penanganan
penyakit cacar.
al-Thibbur Ruhani
(Pengobatan Rohani),
2. Dalam bidang kimia:
Kitab al Asrar, yang
membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
Liber Experimentorum,
Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang
menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
Penemuannya yang lain
adalah teknik pembuatan asam sulfur serta penggunaan alkohol untuk fermentasi
zat yang manis.
3. Dalam bidang ilmu kalam, ia mengarang :
al Muthalib al ‘Aliyah
min al Ilmi al Ilahi
Asas Al Taqdis
al Arbain fii ushul al
Din
Muhassal afkar al
Mutaqaddimin wal al Mutaaakhkhirin min ulama wal Hukama wal al mutakalimin.
4. Dalam bidang tasawuf , diantaranya :
al Irsyad al Nadhar
ilaa lathaif al Asrar, dan
Syarah ‘Uyun al
Hikmah
5. Dalam bidang filsafat, diantaranya :
Syarah Qishm al
Ilahiyyah min al Isyarat li ibn Sina,
Syarah al Isyrah wa al
Tanbihat li ibn Sina,
Syarah al Qanun li ibn
Sina, dan
Lubab al Isyarat.
6. Dalam bidang sejarah
Manaqib al Imam Syafi’I
Syarah Saqt al Zind li
al Mu’ri
7. Dalam bidang Ushul Fiqih
al mahsul fii ilmi
Ushul Fiqih
al Ibthal al Qiyasi
8. Dalam bidang tafsir
al asrar al Tanzil wa
anwaru al ta’wil
ihkam al ahkam
al Burhan Fi Qirrati al
Qur’an
Dzurrtu al Tazil wa al
Ghurratu al Ta’wil fii ayat Mutasyabihat
al Bayan wa al Burhan
fii al Radd’ ala ahli wa Thugyan.
tafsir Ar-Razi
9. Beliau juga mengarang lain kitab,diantaranya
Al-Shirath
al-dawlah
Amarah al-Iqbal
al-Dawlah
Kitab al-Ladzdzah
Kitab al-‘Ilm
al-Ilahi
Maqalah fi ma ba’d
al-Thabi’iyyah
Al-Shukuk ‘ala
Proclus
C. Pemikiran Filsafat Ar-Rozi
1. Logika
Al-Razi adalah seorang
rasionalisme murni, dan beliau hanya mempercayai kekuatan akal. Bahkan didalam
bidang kedokteran study klinis yang dilakukannya setelah menemukan metode yang
kuat dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen.
Bahkan pemujaan Ar-Razi
terhadap akal tampak sangat jelas pada halaman pertama pada bukunya At-Thibb.
Beliau mengatakan, Allah segala puji baginya, yang telah memberikan akal agar
dengan-Nya kita dapat memperoleh sebnyak-banyaknya manfaat. Inilah karunia
terbaik Allah kepada kita. Akal adalah suatu yang mulia dan penting karena
dengan akal kita dapat memperoleh pengetahuan tewntang tuhan. Maka tidak boleh
melecehkannya.
2. Moral
Adapun pemikiran
Ar-Razi tentang moral sebagaimana tertuang dalam buku At-Thibb al-ruhani dan
Al-Sirah al-Falsafiyyah, bahwa tingkah laku itu berdasarkan dari akal. Hawa
nafsu harus berada dibawah kendali akal dan agama. Beliau memperingatkan bahaya
minuman khomr yang dapat merusakkan akal dan melanggar agama.
Berkaitan dengan jiwa,
Ar-Razi menjadikan jiwa sebagai salah satu alasan pengobatan baginya.
Menurutnya antara tubuh dan jiwa terhadap suatu hubungan yang sangat erat,
misalnya: emosi jiwa tidak akan terjadi kecuali dengan melalui pengamatan
indrawi.
Sedangkan kebahagiaan
menurut Ar-Razi adalah kembalinya apa yang telah tersingkir karena sesuatu yang
berbahaya, misalnya: orang yang meninggalkan tempat yang teduh menuju tempat
yang disinari matahari. Ia akan senang ketika kembali ke tempat yang teduh
tadi.
3. Kenabian/ Theologi
Ar-Razi menyangkah
bahwa anggapan bentuk kehidupan manusia memerlukan nabi sebagaimana yang
dikatakannya dalam bukunya Naqd al-Adyan au fi al-Nubuwah. Beliau mengatakan
bahwa beliau tidak percaya kepada wahyu dan adanya nabi. Menurutnya para nabi
tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang yang memiliki keistimewaan khusus.
Karena semua orang adalah sama dan keadilan tuhan secara hikmahnya mengharuskan
tidak membedakan antara seoranng dengan yang lainnya.
Ar-Razi juga mengritik
kitab suci baik injil maupun al-quran. Beliau menolak mukjizat al-quran baik
segi isi maupun gaya bahasanya. Menurutnya orang mungkin saja dapat menulis
kitab yang lebih baik dengan gaya, bahasa yang lebih indah. Kendatipun
demikian, Ar-Razi tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini
adanya Allah.
4. Metafisika
Filsafat Ar-Razi
dikenal dengan ajaran “Lima kekal” yaitu:
a. Allah Ta’ala
b. Ruh Universal
c. Materi pertama
d. Ruang absolute
e. Masa absolute
Berikut ini uraian singkat mengenai “Lima kekal”
yaitu:
a. Allah Ta’ala
Allah bersifat sempurna. Tidak ada kebijakan setelah
tidak sengaja, karena itu ketidak sengajaan tidak bersifat kepada-Nya.
Kehidupan berasal dari-Nya sebagaimana sinar datang
dari matahari Allah mempunyai kepandaian yang sempurna dan murni. Kehidupan ini
adalah mengalir dari ruh. Allah menciptakan sesuatu dan tidak ada yang bisa
yang menandingi dan tidak ada yang bisa menolak kepada-Nya. Allah Maha
Mengetahui, segala sesuatu. Tetapi ruh-ruh hanya mengetahui apa yang berasal
dari eksperimen. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan
membutuhkan kesenangan materi.
b. Ruh
Allah tidak menciptakan dunia lewat desakan apapun tetapi
Allah memutuskan penciptaan-Nya setelah pada mulanya tidak berkehendak tidak
menciptakannya, Allah menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan menunnjukkan
kepadanya, bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya dalam arti haqiqi.
Manusia tidak akan mencapai dunia haqiqi ini, kecuali
dengan filsafat, mereka mempelajari filsafat, mengetahui dunia haqiqi,
memperoleh pengetahuan akan selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh tetap berada
dalam dunia ini sampai mereka disadarkan oleh filsafat akan rahasia dirinya.
Melalui filsafat manusia dapat memperoleh dunia yang
sebenarnya, dunia sejati atau dunia haqiqi.
c. Materi
Menurut Ar-Razi kemutlakan, materi pertama terdiri
dari atom-atom, setiap atom mempunyai volum yang dapat dibentuk. Dan apabila
dunia ini dihancurkan, maka ia akan terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom.
Dengan demikian materi berasal dari kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan
suatu yang berasal dari ketiadaan sesuatu.
Untuk memperkuat pendapat ini Ar-Razi memberikan 2
bukti yaitu:
Penciptaan adalah bukti dengan adanya sang pencipta.
Berlandaskan ketidak mungkinan penciptaan dan
ketiadaan.
d. Ruang
Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keadaan materi,
beliau mengatakan bahwa materi adalah kekal dan karena materi itu mempunyai
ruang yang kekal.
Bagi Ar-Razi ruang terbagi menjadi 2 yakni waktu
universal (mutlak) dan waktu tertentu (relatif ), ruang universal adalah tidak
terbatas dan tidak tergantung kepada dunia dan segala sesuatu yang ada
didalamnya. Sedangkan ruang yang relatif adalah sebaliknya.
e. Waktu
Adalah subtasi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi
membagi waktu 2 macam yakni waktu mutlak dan waktu relatif (terbatas). Waktu
mutlak adalah keberlangsungan, ia kekal dan bergerak. Sedang gerak relatif
adalah gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan bintang
gemintang
KESIMPULAN
1. Ketertarikan saya terhadap Al-Farabi dikarenakan Al-Farabi seorang
filsuf Islam yang sangat pinter. Ia mampu meguasai berbagai macam bahasa asing
lebih dari tiga bahasa, daya inget ia juga sangan kuat serta mampu menguasai berbagai bidang dalam ilmu keagamaan dan mahir dalam
berbagai cabang falsafah, ilmu lingkungan, ilmu militer dan ilmu musik. Ia juga
sangat sungguh-sungguh untuk mencari ilmu sampai berpindah tempat dari waktu ke
waktu. Karya tulis beliau banyak dan berbgai macam bidang. Hebatnya beliau,
beliau membuat sebuah karya tulis yang berjudul Al Jam’u Baina Ra’yai Al
Hakimaini. Dimana karya tulis ini mempertemukan dua pendapat filsuf yaitu Plato
dan Aristoteles serta
2. Ketertarikan saya terhadap Al-Ghazali dikarenakan selain sebagai filsuf
islam, beliau juga seorang ulama, ahli pikir yang terkemuka
yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Imam
al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah sehingga ia
diberi gelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Imam al-Ghazali
sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala
kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan
hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sifat yang patut dicontoh dari Al-Ghazali
adalah ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud, dan tidak gemar kepada
kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah
SWT. Karya yang terkenal dari Al-Ghazali adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan
Ilmu-Ilmu Agama).
3. Ketertarikan
saya terhadap Ar-Rozi dikarenakan Ar-Rozi
salah seorang pakar sains Iran. Beliau selalu
menggunakan waktunya untuk menulis dan belajar. Selain itu beliau sering
bereksperimen sehingga menyebabkan matanya menjadi cacat. Sifat baik dari
beliau adalah dermawan. Sebagai seorang dokter beliau memberikan obat gratis
kepada mereka yang tidak mampu (materi). Selain itu beliau murah hati dan
sayang terhadap pasien-pasiennya tanpa memandang apa pun. Dan beliau merupakan
orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar dan juga penemu
sabun.