LaaIlaahaIllalloh
Sebagai Kalimat Ikhlas
Oleh: Ahmad Sayuti (santri pesantren sirnarasa)
Dalam berbagai ceramahnya, KH.M.Abdul
Gaos Saefulloh Maslul senantiasa mengingatkan, “bila kita berdzikir dengan
membaca kalimat Laa Ilaaha Illalloh sesuai dengan tuntunan yang telah
dicontohkan oleh Guru Agung, maka hal tersebut dapat melewati tempat-tempat
perasaan (latifah), yang akan memberikan efek kholishon min qolbiy (bisa
membersihkan unek-unek yang kotor selain Alloh). Seperti itulah yang dimaksud
membersihkan unek-unek (perasaan di dalam hati). Kanjeng Nabi Saw bersabda,
manusia yang paling beruntung besok di hari kiamat adalah siapa yang
mengucapkan Laa ilaaha illalloh dengan hati yang ikhlas”. Ikhlas di sini
menurut Ajengan Gaos adalah tujuan Alloh semata; yaitu laa maqsuuda illalloh
(tidak ada yang dituju selain Alloh).
Laa Ilaaha Illalloh yang kita dzikirkan setiap saat akan dapat
menggiring hati kita untuk menuju semata kepada Alloh. Dalam salah satu
bukunya, Syeikh Abdul Qadir menuliskan bahwa para wali itu beramal untuk
Alloh semata dan bersama-Nya, maka Dia perlihatkan kepada mereka
keajaiban-keajaiban-Nya di dunia maupun di akhirat. Tidak ada yang dicinta
selain Alloh, tidak ada yang dituju selain Alloh, dan tidak ada yang disembah
selain Alloh.
Laa
Ilaaha Illalloh yang terus menerus diamalkan akan menjadikan pengamalnya
sadar akan siapa diri dan siapa Alloh sebagai Tuhannya. Penemuan akan siapa
diri, menjadikan ia sadar akan ketidak-berdayaannya. Oleh karenanya, segala
sesuatu yang ada pada dirinya adalah dari dan milik Alloh, sehingga apapun
dipersembahkan seutuhnya kepada Alloh semata. Pada saat dia menyadari bahwa
tidak ada wujud selain Alloh, maka ia pun yakin bahwa wujud dirinya tak lain
adalah percikan Wujud-Nya. Maka, secara ikhlas dia akui bahwa Alloh-lah yang
paling eksis pada dirinya. Dia tidak mampu melihat, mendengar, beramal apapun
tanpa pertolongan dan kesertaan Alloh. Dia tidak mampu melakukan ketaatan
maupun kemampuan menjauhi segala larangan-nya tanpa pertolongan Alloh. Secara
sadar, ia arahkan pengabdiannya kepada Alloh semata, dan dia sadari pula bahwa
pengabdiaannya tersebut tidak akan mampu ia persembahkan atau tujukan kecuali
dengan pertolongan Alloh (billah) pula.
Adapun derajat keikhlasan itu bertingkat,
demikian pula kualitas dzikir Laa Ilaaha Illalloh pun bertingkat pula. Laa
Ilaaha Illalloh yang terambil dari mulut suci WALI MURSYID tentu
akan berbeda kualitasnya dengan yang terambil dari mulut seorang awam. Kualitas
dzikir yang diucapkan oleh seseorang tidak lepas dari seberapa bening hati
seorang tersebut. Disamping kualitas dzikir itu merupakan pancaran dari
kebeningan hati, dzikir juga merupakan alat untuk membeningkan (membersihkan)
hati itu sendiri. Laa Ilaaha Illalloh adalah kalimat ikhlas yang
berfungsi sebagai Tazkiyatul Qolb (alat membersihkan hati).
Sebagai
kalimat ikhlas, Laa ilaaha illalloh akan mengantarkan amal seseorang
langsung kepada Alloh tanpa perantara semisal Malaikat. Apabila
amal-amalan lainnya untuk sampai kepada Alloh harus melalui perantara, semisal
malaikat, maka Laa Ilaaha Illalloh langsung melesat menuju Alloh tanpa
perantara.
Sebagai kalimat ikhlas, Laa Ilaaha Illalloh
merupakan kalimat cinta yang menerbangkan pedzikirnya (para muhibbin) menuju
Alloh Sang Maha Cinta. Jika ada banyak cara orang menuju Alloh, maka Laa
Ilaaha Illalloh akan bisa menjadikan seseorang itu terbang dalam
perjalanannya menuju Alloh. Dan seberapa kecepatan terbang seseorang menuju-Nya
tergantung dari seberapa bobot rindu yang dirasakannya. Selain itu, seberapa
kebahagiaan yang akan dirasakan oleh seseorang tergantung dari seberapa kadar
cinta yang dirasakannya. Sebagai gambaran, dua orang pemuda yang sama-sama
berjumpa dengan si gadis jelita bernama A. Antara pemuda satu yang menaruh
cinta dengan si gadis tersebut dan pemuda yang tidak menaruh cinta pasti
kebahagiaan yang dirasakannya berbeda. Pemuda yang mempunyai cinta pasti akan
jauh lebih berbahagia dibanding dengan pemuda yang tidak menaruh cinta terhadap
si gadis tersebut. Di mata pemuda yang mempunyai cinta, pastilah paras si gadis
tersebut akan tampak lebih memukau kecantikannya. Demikian juga seorang hamba
yang mempunyai cinta kepada Alloh pastilah akan lebih merasakan kebahagiaan
manakala berjumpa dengan-Nya. Semakin dalam cinta, maka akan semakin besar pula
kebahagiaan yang akan diarasakannya.
Sebagai kalimat ikhlas, Laa Ilaaha Illalloh
merupakan kalimat kesadaran. Kesadaran ini merupakan pembuka tabir bagi seorang
hamba untuk menemukan (mengenal) siapa diri dan siapa Tuhannya. Kalimat Laa
Ilaaha Illalloh akan mengantarkan pedzikirnya menyelami lautan tanpa tepi,
yang di antaranya adalah rahasia penciptaan. Yaitu, tentang siapa jati pencipta
dan untuk tujuan apa semua maujudat tercipta. Sebagai kalimat kesadaran, Laa
Ilaaha Illalloh akan membuka kesadaran dan menyibak tirai yang menabirinya
dari rasa ma’rifat akan diri dan tuhan-Nya. Laa ilaaha illalloh akan membuka
kesadaran manusia untuk lebih mengenal siapa sejati dirinya, dan siapa Sejati
Tuhannya. Apabila seseorang telah terbuka kesadarannya, maka kemanapun arah
mata memandang akan menemukan Tuhannya. Segala apapun yang ia temukan, pasti
disitu menemukan Alloh yang meliputinya. Jika telah demikian maka tidak ada
sesuatu yang sia-sia baginya. Semua merupakan wahana untuk merasakan tuhannya.
Itulah diantaranya yang dapat dirasakan
manakala seseorang itu mengamalkan dzikir Laa Ilaaha Illalloh dengan
ikhlas dan mendapat bimbingan dari seorang Mursyid fii hada zaman.