Jiwa.
Jiwa pada hakikatnya terdiri dari dua bagian, yaitu hati dan
jiwa/ruh. Jiwa adalah sebuah hati yang untuk mengetahuinya harus
menggunakan mata batin. Hakikat hati itu ialah merupakan dunia
ghaib. Atau lebih dalamnya lagi, melalui pendekatan definisi jiwa manusia
ialah: sebuah kesempurnaan yang terbentuk tanpa media penyempurna
lainnya. Ia terbentuk dengan sendirinya dan memiliki elemen lainya untuk
membantu kesempurnaannya itu. Jiwa bukan tubuh, bukan bagian dari
tubuh dan bukan apa-apa melainkan ia sebuah substansial belaka.
Jiwa
manusia mempunyai dua kekuatan; kekuatan kerja ('amilah) dan
kekuatan untuk mengetahui ('alimah). Kekuatan kerja merupakan
sebuah pusat penggerak badan manusia yang akan disuplai
nantinya ke beberapa partikel aktif, yang memotorinya dengan
tanda-tanda khusus. Sehingga dengan mengetahui kekuatan kerja jiwa yang bisa
dirasakan (nafsh 'aqilah) dapat megetahui beberapa kesalahan panca indra
dalam beroprasi, dan dapat dibenarkan lagi kerjanya oleh jiwa, atau
mengetahui sifat-sifat perilaku baik dan buruk.
Sedangkan
kekuatan kedua yaitu kekuatan mengetahui. Yang dimaksud kekutan mengetahui itu
adalah hati. Berarti jiwa mempunyai dua fungsi: fungsi mengetahui alam dunia,
yaitu dengan kekuatan kerja, dan fungsi mengetahui alam akhirat dengan kekuatan
'alimah (hati). Adapun keadaan jiwa dalam kehidupan dunia, ketika berhubungan
dengan wajib adanya Allah mempunyai tiga keadaan. Pertama, orang mengetahui
keberadaan Allah itu adalah wajib adanya bagi Allah. Dan ia mengetahui apa yang
dimiliki Allah dari kesempurnaan, keagungan, kekuasaan, kemampuan dan sifat
kebaikan yang dimilikinya. Kedua, orang yang mengetahui wajib
keberadaannya Allah dengan menerima sesuai pengetahuan yang dimilikinya dan
dengan mengharuskan ia memikirkan tentang keagungan-Nya dan kebaikan-Nya.
Memegang kepercayaan tersebut berlangsung sampai ia menemui ajalnya...Ketiga,
orang yang tidak mengetahui sama sekali terhadap adanya kewajiban keberadaan
Allah.
Ruh.
Mengatahui ruh sangatlah tidak mudah bagi kita. Agama
sendiri tidak menjelaskan bagaimana mengetahuinya. Agama sendiri tidak membutuhkan untuk
mengetahui ruh. Karena Agama itu adalah mujahadah.
Ruh
yang kita miliki menurut Al Ghazaly adanya ditubuh tidak didalam, tidak diluar,
tidak terpisah dan tidak menyatu. Melainkan secara integral ruh masuk,
menempati, berhubungan dengan tubuh dan beradanya secara khusus. Walaupun
keadaan ruh yang sedimikian rupa adanya, Al-Ghazaly pada akhirnya bisa
menangkap, ruh apa yang sebenarnya harus diketahui oleh kita. Tegasnya, apa
fungsi daripada ruh itu sendiri bagi kita?
Al-Ghazali
berpendapat, ruh berjumlah lima, diantaranya ruh hissi
(sensual mentality), menerima apa yang dinginkan oleh panca indera. Ruh ini dinamakan ruh hewan.yang membentuk hewan menjadi hewan. Ruh tersebut biasanya dimiliki oleh anak-anak. Kedua, ruh khayali (imaginary mentality) yaitu menulis apa yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijaga dan disimpan secara rapih, untuk selanjutnya dikirim ke ruh 'aqli ketika dibutuhkan. Ketiga ruh 'aqli (rasional mentality) yaitu yang mengetahui makna luar daripada sensualitas dan imajinatif. Ini adalah substansi manusia khusus. Keempat, ruh fikri (thought mentality) yaitu yang mengambil ilmu pengetahuan logika belaka, yang mengahasilkan beberapa karya yang cukup berharga. Kelima, ruh qudsi (nabawi), khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian wali. Dari ruh qudsi akan kelihatan alam ghaib dan akhirat, serta beberapa pengetahuan mengenai dunia langit dan dunia bumi.Bahkan pengetahuan ketuhanan tentang yang tidak bisa dijangkau oleh ruh aqli dan ruh fikri.
(sensual mentality), menerima apa yang dinginkan oleh panca indera. Ruh ini dinamakan ruh hewan.yang membentuk hewan menjadi hewan. Ruh tersebut biasanya dimiliki oleh anak-anak. Kedua, ruh khayali (imaginary mentality) yaitu menulis apa yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijaga dan disimpan secara rapih, untuk selanjutnya dikirim ke ruh 'aqli ketika dibutuhkan. Ketiga ruh 'aqli (rasional mentality) yaitu yang mengetahui makna luar daripada sensualitas dan imajinatif. Ini adalah substansi manusia khusus. Keempat, ruh fikri (thought mentality) yaitu yang mengambil ilmu pengetahuan logika belaka, yang mengahasilkan beberapa karya yang cukup berharga. Kelima, ruh qudsi (nabawi), khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian wali. Dari ruh qudsi akan kelihatan alam ghaib dan akhirat, serta beberapa pengetahuan mengenai dunia langit dan dunia bumi.Bahkan pengetahuan ketuhanan tentang yang tidak bisa dijangkau oleh ruh aqli dan ruh fikri.
Hati
. Yang dimaksud hati disini bukan hati
yang berbentuk gumpalan daging lembut yang terletak disebelah bagian dada.
Melainkan hati yang merupakan kumpulan nilai-nilai spiritual yang dipenuhi oleh kekuatan rahman dan rahim. Dalam kenyataannya hati mempunyuai dua sifat. Sifat
untuk selalu berbuat baik dan sifat untuk selalu berbuat jelek...dari kedua
sifat ini bertambah sifat lainnya. Yang jumlah keseluruhannya sebanyak
empat macam. Pertama sifat syaitan, kedua sifat hewan, ketiga sifat buas,
keempat sifat malaikat. Perbuatan jelek biasanya dilakukan dalam bentuk makan,
minum, tidur dan nikah. Sifat ini dikategorikan sebagai sifat hewan. Begitu
juga perbuatan yang muncul dari kejiwaan seperti perbuatan makan, ini termasuk
katagori perlakuan syaitan. Sedangakn perlakuan marah yang sampai menimbulkan
pemukulan, pembunuhan, permusuhan, adalah bagian dari perbuatan buas. Adapun perbuatan yang berdasarkan "akal"
yang merupakan rahmat dan kebaikan dari Tuhan yaitu bagian dari perbuatan
malaikat.
Perbuatan
malaikat ini yang harus dikembangkan dalam kehidupan. Karena malaikat ini
makhluk yang suci, maka kita mesti menjaga kesucian hati dengan nilai-nilai
ilahiyah agar hati selalu dalam keadaan suci penuh dengan muatan thayyibah. Dan
perlu diketahui juga, bahwa hati mempunyai dua pintu untuk mendapat ilmu
pengetahuan. Pertama pintu untuk dunia ahlam dan kedua pintu untuk dunia
yaqdlahr... Kalau seandainya orang tidur, pintu panca indera akan tertutup dan
akan terbuka pintu bathin. Serta selanjutnya akan terungkap alam ghaib.
Seperti, dunia malaikat, lauh mahfudz itu semua kelihatnya seperti cahaya.
Akal.
Akal yang dianugerahkan Allah pada kita berfungsi sebagai
penimbang keputusan yang akan kita ambil, dengan mengkonfirmasikan dahulu
terhadap panca indera lainnya. Atau dengan bahasa lain, akal ialah sebuah
fitrah ghoriziah dan nur ashly, yang apabila dengannya manusia mampu mengetahui
hakikat sesuatu. Dalam kehidupan kita selalu berhadapan dengan permasalahan
yang menuntut kekutan manusia dapat dimaksimalisir fungsinya.
Kekuatan
manusia itu, tidak kurang dari dua kekuatan. Kekuatan praktikal (amaliiyah), yaitu kekutan yang bisa diukur dengan kemampuan
tubuh dan fungsinya. Dan kekuatan teoritikal (nadzariyah) yaitu kekuatan
yang diukur dengan pengefektifan kekuatan tersebut yang akan diterima oleh
kekuata praktikal. Maka seolah-olah jiwa itu mempunyai dua muka, muka untuk
tubuh... dan muka untuk konsep-konsep tinggi yaitu akal. Wal hasil,
kekuatan teoritikal berfungsi sebagai penyempurna substansi jiwa.
Adapun
kekuatan praktikal untuk mensiasati tubuh dan mengaturnya dengan menuju
penyempurnaan teori. Dari kekuatan tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana
para sufi umumnya dan Al Ghazaly khususnya menggunakan akal. Ada dua jalan yang
harus ditempuh sufi dalam menggunakan akal. Pertama, akal harus memenuhi
tiga syarat dalam mendapatkan pengetahuan sufi. Diantaranya mendapatkan
seluruh ilmu dengan mengembil manfaatnya dari seluruh ilmu tersebut. Kedua ,
melakukan riyadlah yang benar...ketiga, berfikir. Karena apabila jiwa telah
belajar dan menerima apa yang didapatinya dari ilmu kemudian ia memikirkaknnya
dengan menggunakan syarat-syarat berfikir , maka akan terbuka pintu alam ghaib
baginya.
Kedua,
setelah tiga syarat terpenuhi, akal akan memasuki fungsinya yang utama yaitu
mengevaluasi pengalaman-pengalaman sufi dalam manjalani tasawufnya.
No comments:
Post a Comment