بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
".....sang
pelayan Maqom Sunan Drajat itu bertutur : “kemunculan gambar ikan berbadan tiga menjadi
tanda munculnya wali yang mengguncang dengan akhlaknya".
Beberapa tahun lalu
sempat tersentak saat yang mulia Pangersa Abah Aos menunjukkan gambar ikan
berbadan tiga dari sebuah kitab berjudul “Al-Insan Al-Kamil”.
Ikan saja sudah
penuh dengan keistimewaan, terlebih jika itu berjumlah tiga yang di
manunggalkan dengan satu kepala.
Setidaknya ada tiga
versi symbol ikan berbadan tiga yang bisa kita jumpai saat ini :
~ Satu di antaranya terdapat pada bendera (Duaja) Keraton
Kacirebonan yang sudah ada sejak Tahun 1808 M.
Lambang kesultanan Kacirebonan ini bernama "Iwak",
singkatan "Ikhlas ing awak", yang bermakna keikhlasan
atas ketetapan Tuhan terhadap diri manusia (nafs). Symbol pada lambang tadi juga menggambarkan
manunggalnya rasa seorang hamba terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ikan menggambarkan tingkatan seseorang yang sudah mencapai jati diri yang menerima segala ketentuan ketetapan sang pencipta. Kepala ikan melambangkan ke-Esa-an. Sedangkan badan ikan melambangkan Zat, Sifat dan Af'al (Perbuatan) Tuhan.
Ikan menggambarkan tingkatan seseorang yang sudah mencapai jati diri yang menerima segala ketentuan ketetapan sang pencipta. Kepala ikan melambangkan ke-Esa-an. Sedangkan badan ikan melambangkan Zat, Sifat dan Af'al (Perbuatan) Tuhan.
Diatas ikan
terdapat mahkota sebagai symbol orang yang mengenal Tuhannya dan yang telah
menguasai dengan sebenar-benarnya ilmu makrifat. Orang semacam ini disebut
sebagai Tajul Arifin yaitu mahkota orang-orang arif yang telah mencapai derajat
makrifat.
~ Symbol
ikan berbadan tiga juga terdapat dalam buku "Sunan Drajat dalam
sejarah dan warisan ajarannya" karya Hidayat Ihsan, SH.
Terdapat tulisan
Arab Jawa-Pegon di tengah-tengah ketiga ikan. Inti dari tulisan itu menyatakan
bahwa meski terlihat secara zhohir ada tiga buntut ikan, tetapi sesungguhnya
wujudnya adalah tunggal.
Di atas buntut ikan
paling atas tertulis "Alloh" dan "Ahadiyyah",
bawah sebelah kiri tertulis"Muhammad" dan "Wahdah",
bawah sebelah kanan tertulis "Adam" dan "Wahidiyyah".
Ada tiga nama
disini; Alloh-Adam-Muhammad. Dan ada tiga sifat tertulis
; Ahadiyyah-Wahidiyyah-Wahdah.
Kalau "Ahad" itu adalah puncak dari sifat Alloh yang berdimensi ke-Maha Esa-an, maka pada"Ahadiyyah" kemahatunggalan dan kemahaesaan Alloh teraksentuasi, terfokuskan atau diberi penekanan. "Ahad" seperti dalam ayat "Qul Huwallohu Ahad" (Katakanlah, Dia Alloh Maha Esa), menunjukkan kemahatunggalan dan kemahaesaan Alloh. Disini tidaklah dikenal sifat, asma' atau af'al Alloh. Baru dalam "Wahdah" muncul kesatuan dalam kesendirian. Disini baru muncul ide penciptaan alam semesta. Dan saat Alloh menyatakan "Kun" (jadilah), maka muncullah "Wahidiyyah".
Jadi jika Nama Alloh di sandingkan dengan Ahadiyyah, itu karena hanya Dia-lah Sang Maha Tunggal. Wahdah-Nya Alloh terdapat pada Muhammad karena cahaya dan ruh Beliaulah yang pertama kali diciptakan sebelum Alloh menciptakan yang lain. Dan saat Alloh menyatakan"Kun", maka terciptalah "wahidiyyah-Nya" berupa Adam sebagai manusia pertama yang Dia ciptakan setelah makhluk-makhluk lainnya.
Kalau "Ahad" itu adalah puncak dari sifat Alloh yang berdimensi ke-Maha Esa-an, maka pada"Ahadiyyah" kemahatunggalan dan kemahaesaan Alloh teraksentuasi, terfokuskan atau diberi penekanan. "Ahad" seperti dalam ayat "Qul Huwallohu Ahad" (Katakanlah, Dia Alloh Maha Esa), menunjukkan kemahatunggalan dan kemahaesaan Alloh. Disini tidaklah dikenal sifat, asma' atau af'al Alloh. Baru dalam "Wahdah" muncul kesatuan dalam kesendirian. Disini baru muncul ide penciptaan alam semesta. Dan saat Alloh menyatakan "Kun" (jadilah), maka muncullah "Wahidiyyah".
Jadi jika Nama Alloh di sandingkan dengan Ahadiyyah, itu karena hanya Dia-lah Sang Maha Tunggal. Wahdah-Nya Alloh terdapat pada Muhammad karena cahaya dan ruh Beliaulah yang pertama kali diciptakan sebelum Alloh menciptakan yang lain. Dan saat Alloh menyatakan"Kun", maka terciptalah "wahidiyyah-Nya" berupa Adam sebagai manusia pertama yang Dia ciptakan setelah makhluk-makhluk lainnya.
Ahadiyyah, Wahdah
dan Wahidiyyah merupakan 3 pertama dari Martabat Tujuh, sebuah konsep ketuhanan
yang pertama kali dikemukakan oleh Ibnu Fadhilah, seorang sufi dari India.
Ajaran ini dipengaruhi oleh Ibn ‘Arabi yang diadopsi oleh para sufi di tanah
Jawa. Salah satunya adalah Raden Ngabehi Ranggawarsito. Menurut ajaran Martabat
Tujuh, Tuhan menampakkan Diri dalam tujuh tingkatan atau Martabat : Ahadiyyah-Wahdah-Wahidiyyah-Arwah-Misal-Ajsam-Insan
Kamil.
~Adapun symbol yang ketiga tentu saja yang sudah akrab di tengah-tengah
kita para Ikhwan TQN PP Suryalaya. Bahrul Hayat, Lautan Kehidupan.
Tidak ada tambahan teks atau symbol lain di sini kecuali beberapa 'Ibaroh
berbahasa Sunda-Jawa dan Arab di tiga tubuh ikan tersebut dengan tulisan
Arab-Jawa Pegon. Symbol ini kita
ketahui dari Syaikh Mursyid Abah Aos, dari Guru Agung Abah Anom, dari yang
mulia Abah Sepuh. Iya...Abah Sepuh. Sang pemegang silsilah ke 36. Dimana nanti
ada hubungan erat angka 36 ini dengan tiga ikan.
"Ikan Dan Peradaban Dunia" Abah Sepuh berwasiat kepada kita
sekalian ikhwan khususnya, dengan sebuah wasiat agung berisi Rohmatan
lil 'alamin, kajembaran Rahmaniyyah, yang diberi nama "Tanbih".
Dahulu Baginda
Rosululloh mendeklarasikan Piagam Madinah, sebagai bentuk komitmen beliau
membangun sebuah peradaban dunia. Maka Tanbih pun merupakan deklarasi sebuah
peradaban yang hendak di bangun oleh TQN PP Suryalaya.
Peradaban adalah tatanan dimana masyarakatnya menjunjung tinggi norma, menjalankan ajaran agamanya dengan jujur dan tulus, meletakkan apapun tepat di tempatnya masing-masing, serta menjalankan kewajiban dan hak nya dengan sesungguhnya.
Symbol ikan berbadan tiga, dari aspek sosial mengajarkan kebhinekaan. Betapa semua kita berbeda satu dengan lainnya, wujud zhohir kita tampak beraneka ragam, namun sesungguhnya semua mempunyai titik yang satu, semua adalah sama-sama sebagai hamba Tuhan. Bhineka Tunggal Ika.
Peradaban adalah tatanan dimana masyarakatnya menjunjung tinggi norma, menjalankan ajaran agamanya dengan jujur dan tulus, meletakkan apapun tepat di tempatnya masing-masing, serta menjalankan kewajiban dan hak nya dengan sesungguhnya.
Symbol ikan berbadan tiga, dari aspek sosial mengajarkan kebhinekaan. Betapa semua kita berbeda satu dengan lainnya, wujud zhohir kita tampak beraneka ragam, namun sesungguhnya semua mempunyai titik yang satu, semua adalah sama-sama sebagai hamba Tuhan. Bhineka Tunggal Ika.
Para Pendiri Bangsa
indonesia kiranya sudah faham hakikat symbol ini. Maka mereka taruh Persatuan
Indonesia sebagai Sila ke-3 dari Pancasila. Yaah...sila ke-3, bukan sila
ke-1,ke-2, ke-4 atau ke-5.
Dari aspek politik : apapun partaimu, warna benderamu, itu
hanyalah 'badan-badan' ikan yang kepala kemaslahatannya bergabung menjadi satu.
Dari aspek budaya; semua kebudayaan yang ada adalah 'badan-badan'
dengan kepala satu, yakni budi-daya, akal-budi.
Dari aspek ekonomi : kaya-miskin adalah buntut-buntut dari satu
kepala. Tidak ada kaya kalau tidak ada miskin. Bahkan orang kaya kehilangan
kemungkinan mendapat surga-Nya jika tidak ada orang miskin.
Bagaimana dari
aspek Tauhidnya? Alloh memberi ilham
kepada bangsa Arab untuk memberi nama hewan air ini dengan nama
"Samak".
Dalam kaidah Hisab
Jumal Shugro, nilai Samak (ikan) adalah "sin"=6, "mim"=4,
"kaf"=2, dijumlah menjadi 6+4+2 = 12. Apa itu angka 12? Seperti yang
sudah diketahui bersama, bahwa 12 adalah angka yang mewakili kalimat "Laa
ilaaha illalloh" dan Ismuz Dzat "Alloh". (silahkan dilihat
postingan sebelumnya terkait angka 12 ini).
Kenapa harus ada
tiga ikan yang dimanunggalkan? Banyak tafsir terkait ini. Diantaranya karena 3
adalah Tajfir dari 12 (1+2=3). 3 adalah jumlah jenis huruf yang ada pada Nama
Agung "Alloh" (Alif-Lam-Ha). Dan dari 3 jenis huruf inilah, Alloh
menciptakan Kalimat Agung-Nya, yakni Kalimat "Laa ilaaha illalloh".
Kalimat tahlil ini hanya terdiri dari 3 jenis huruf saja, dan ketiga jenis
huruf itu diambil dari Nama Sang Pemiliknya.
3 juga merupakan
Rukun Agama : Islam~Iman~ Ihsan.
Ada 3 Hukum Taklifi
: Halal~Harom~Syubhat.
Dalam Jalan Sufi
dikenal 3 macam : Syari'at~Thoriqot~Haqiqat.
Juga Pemaknaan Sufi
: Dzakir~Madzkur~Dzikir.
Ada 3 Jenis Sufi :
Awam~Khosh~Khowasul Khowash.
Proses Sufi
berlangsung dengan 3 tahap : Takholli~Tahalli~Tajalli. Juga 3 adalah bilangan
minimal Zikir Jahar.
Bila ada tiga ikan,
dan satu ikannya bernilai Abjadiyyah 12, maka tiga ikan berjumlah 36
(12+12+12). Apa itu 36? 36 adalah nomor Ahlu Silsilah, yang ditempati oleh
Syaikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh). Dari cikal bakal
beliaulah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) disematkan dengan nama
Pondok Pesantren Suryalaya. Sebab,Beliaulah Sang
pendiri PP Suryalaya. Dari Beliau, Kalimat
Tauhid dan Ismudz Dzat disebarkan
dan ditanamkan. Nilai-nilai hakiki dari angka 3 diatas diperjuangkan,
diajarkan, diamalkan, diamankan dan dilestarikan.
Dan dari beliau
jugalah symbol ikan berbadan tiga diwariskan.
Kita sudah diwariskan banyak hal untuk membangun sebuah peradaban dunia oleh : ‘ikan berbadan tiga TQN PP Suryalaya’ Abah Sepuh-Abah Anom-Abah Aos.
Bertambah syukur kita karena hingga detik ini masih terus dibimbing, dididik, ditauladani dan diantarkan oleh 1 dari tiga 'ikan ma'rifat'. Abah Aos bahkan menegaskan hal itu dengan 1 surah Al Fatihah, 1 surah Al Ikhlas, 1 surah Al Falaq dan 1 surah An Nas, untuk Kejayaan Agama dan Negara serta untuk Peradaban Dunia, disetiap majelis Manaqib, dimanapun dan kapanpun itu.
Kita hanya perlu mengikutinya dengan istiqomah. Agar menjadi bagian dari sejarah penting peradaban dunia yang dibangun oleh Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP. Suryalaya, dibawah bimbingan dan petunjuk Guru Agung Sayyid Abah Aos q.s.
Kita sudah diwariskan banyak hal untuk membangun sebuah peradaban dunia oleh : ‘ikan berbadan tiga TQN PP Suryalaya’ Abah Sepuh-Abah Anom-Abah Aos.
Bertambah syukur kita karena hingga detik ini masih terus dibimbing, dididik, ditauladani dan diantarkan oleh 1 dari tiga 'ikan ma'rifat'. Abah Aos bahkan menegaskan hal itu dengan 1 surah Al Fatihah, 1 surah Al Ikhlas, 1 surah Al Falaq dan 1 surah An Nas, untuk Kejayaan Agama dan Negara serta untuk Peradaban Dunia, disetiap majelis Manaqib, dimanapun dan kapanpun itu.
Kita hanya perlu mengikutinya dengan istiqomah. Agar menjadi bagian dari sejarah penting peradaban dunia yang dibangun oleh Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP. Suryalaya, dibawah bimbingan dan petunjuk Guru Agung Sayyid Abah Aos q.s.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
No comments:
Post a Comment