Monday, May 21, 2012

kepemimpinan dalam manajemen dakwh


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Banyak orang mengatakan bahwa pada zaman sekarang sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, dan kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada kepentingan orang banyak, dan kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untukmenegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Kepemimpinan Secara Umum Dan Mnurut Islam ?
2. Apa Syarat-Syarat Seorang Pemimpin ?
3. Apa Teori-Teori Dalam Kepemimpinan ?
4. Apa Pengertian Dari Kepemimpinan dalam Manajemen Dakwah ?

C. TUJUAN MAKALAH
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui dan memahami makna atau isi kandungan yang tertera dalam perumusan masala pada makalah ini, sehingga siapa saja dapat mewujudkannya sesuai dengan kepemimpinan rosululloh SAW.


Bab II
URAIAN MATERI
Motto :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالإمام راع وهو مسئول عن رعيته ، والرجل راع فى اهله وهو مسئول عن رعيته ، والمرأة راعية فى بيت زوجها وهي مسئولة عن رعيتها ، والخادم راع في مال سيده وهو مسئول  عن رعيته ، والإبن راع في مال ابيه وهو مسئول عن رعيته ، فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته .
 (متفق عليه عن ابن عمر).
“Masing-masing kamu adalah penggembala dan masing-masing kamu bertanggung jawab terhadap yang digembalakan, maka pemimpin adalah penggembala dan bertanggung jawab atas gembalaannya, seorang laki-laki adalah penggembala atas keluarganya dan harus bertanggung jawab atas gembalaannya, orang perempuan adalah penggembala/penjaga di dalam rumah suaminya dan dia harus bertanggung jawab atas tugas penjagaannya, dan pembantu rumah adalah penggembala/pejaga harta milik tuannya dan ia harus bertanggung jawab terhadap tugasnya, dan anak laki itu penjaga harta milik ayahnya, dan harus bertanggung jawab terhadap tugasnya, maka masing-masing dari kamu itu adalah penggembala/penjaga dan masing-masingnya akan diminta pertanggungan jawab atas gembalaannya/penjagaannya itu”.

1. KEPEMIMPINAN
Apakah arti kepemimpinan?  Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18.

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN 
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu [Apakah: nonton film, berman sepek bola, dan lain-lain]. Pada pengertian yang sederhana  orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
1] Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya. 
2]     Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
3]     Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4]     Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.   
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
 [Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama  Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi,  kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Dari beberapa definisi  di atas,  ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut pandang dan sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
a.     Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yang mendasai kepemimpinan dari definisi-definis yang dikemukakan di atas, adalah:
[1]  Kemampuan mempengaruhi orang lain [kelom pok/bawahan].
[2] Kemampuan mengarahkan atau  memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
[3]  Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b.     Sifat dasar kepemimpinan
 Sifat-sifat yang mendasari kepemimpinan adalah kecakapan memimpin. Paling tidak, dapat dikatakan bahwa  kecakapan memimpin mencakup tiga unsur kecakapan pokok, yaitu:
[1] Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
[2]  Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
[3] Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan suasana yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan motivasi-motivasi [Tatang M. Amirin, 1983:15].  Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsure pokok yang mendasarinya, yaitu :
[1] Seseorang pemimpin harus memiliki kemampuan persepsi sosial [sosial perception].
[2]  Kemampuan berpikir abstrak [abilitiy in abstrakct thinking].
[3]  Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
 Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di atas, dapat dikategorikan kepemimpinan  menjadi 3 [tiga] elemen dasar, yaitu: 
1]  Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka.
2]   Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin  harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns [1978], bahwa untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsive.
3] Kepemimpinan bearti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model [menjadi teladan], penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi [Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam  Mochammad Teguh, dkk., 2001:69.
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama , yaitu masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.  Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.

KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM
Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagia setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah [wakil Allah] di muka bumi [Q.S.al-Baqarah:30]
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah.  Sabda Rasulullah “setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”.  Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu:
[1] mengerjakan semua perintah Allah,
[2] menjauhi semua larangan-Nya,
[3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya.
Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal  maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain [Aunur Rahim, dk., 2001:3-4].
Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

·         Beberapa Istilah Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam, kepemimpinan sering dikenal dengan perkataan khalifah yang bermakna “wakil” [QS.al-Baqarah:30].
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

 Mustafa al-Maraghi, mengatakan khalifat adalah wakil Tuhan di muka bumi [khalifah fil ardli]. Rasyid Ridla al-Manar, menyatakan khalifah adalah sosok manusia yang dibekali kelebihan akal, pikiran dan pengetahuan untuk mengatur. Istilah atau  perkataan khalifah ini, mulai popular digunakan setelah Rasulullah saw wafat.  Dalam istilah yang lain, kepemimpinan juga terkandung dalam pengertian “Imam”, yang berarti pemuka agam dan pemimpin spritual yang diteladani dan dilaksanakan fatwanya. Ada juga istilah “amir”, pemimpin yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur masyarakat. Dikenal pula istilah “ulil amir” [jamaknya umara]  yang disebutkan dalam surat al-Nisa [59]
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
 yang bermakna penguasa, pemerintah, ulama, cendekiawan, pemimpin atau tokoh masyarakat yang menjadi tumpuan umat. Dikenal pula istilah wali yang disebutkan dalam surat al-Maidah ayat [55].
$uK¯RÎ) ãNä3ŠÏ9ur ª!$# ¼ã&è!qßuur tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# tbqßJÉ)ムno4qn=¢Á9$# tbqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# öNèdur tbqãèÏ.ºu ÇÎÎÈ  
55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
       Dalam hadis Nabi dikenal istilah ra’in yang juga diartikan pengelolaan dan pemimpin. Istilah-istilah tersebut,  memberi pengertian bahwa kepemimpinan adalah kegiatan menuntun, memandu dan menunjukkan jalan menuju tujuan yang diridhai Allah.
Istilah khalifah dan “amir” dalam kontek bahasa Indonesia disebut pemimpin yang selalu berkonotasi pemimpin formal. Apabila, kita merujuk dan mencermati firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 30, yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku akan menciptakan khalifah di bumi. “Meraka bertanya [keheranan], Mengapa Engkau akan menciptakan makhluk yang akan selalu menimbulkan kerusakan dan pertimpahan darah, sementara kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?” Allah berfirman, “Aku Mahatahu segala hal yang tidak kemau ketahui”. Dalam pengertian ini  dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Islam secara mutlak bersumber dari Allah swt yang telah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardli. Maka dalam kaitan ini, dimensi kontrol tidak terbatas pada interaksi antara yang memimpin [umara] dengan yang dipimpin [umat], tetapi baik pemimpin maupun rakyat [umat] yang dipimpin harus sama-sama mempertanggungjawabkan amanah yang diembannya sebagai seorang khalifah Allah , secara komprehensif [Aunur Rahim, dk., 2001:4-5].
Dalam sejarah kehidupan manusia sangat banyak pengalaman kepemimpinan yang dapat dipelajarinya. Dalam Hadis Nabi, “setiap kamu adalah pemimpin” dan terlihat dalam pengalaman sehari-hari manusia telah melakukan unsur-unsur kepemimpinan seperti “mempengaruhi, mengajak, memotivasi dan mengkoordinasi” sesama mereka. Pengalaman itu perlu dianalisis untuk mendapatkan pelajaran yang berharga dalam mewujudkan kepemimpinan yang efektif. “Untuk memahami kepemimpinan secara empiris, perlu dipahami terlebih dahulu tinjauan segi terminolgi-nya. Sacara etomologi [asal kata] menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata “pimpin” dengan mendapat awalan “me” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang disamakan artinya yaitu mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dan dalam bentuk kegiatan, maka si pelaku disebut “pemimpin”. Maka dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang memimpin, mengetuai atau mengepalai. Kemudian berkembang pula istilah “kepemimpinan” [dengan tambahan awalan ke] yang menunjukkan pada aspek kepemimpinan” [Aunur Rahim, dk., 2001:4-5].
Bagaimana cara paling efektif untuk menjadi pemimpin? mengikuti keteladanan Nabi SAW adalah jawabnya. Selanjutnya penulis memahami bahwa ada 2 makna keteladanan disini, yang berorientasi kedalam (inside) sebagai mencontoh sifat-sifat dalam diri Nabi SAW, dan yang berorientasi keluar (outside) sebagai mempelajari Qur’an dan Hadits sebagai sumber ilmu dan hikmah.
Empat sifat utama dalam diri Nabi SAW, adalah:
  1. Sidiq
  2. Amanah
  3. Tabligh
  4. Fathonah
Dalam beberapa literatur psikologi, penulis menemukan bahwa memang inilah nilai-nilai hakiki yang melahirkan esensi pencerah kepada orang lain dan masyarakat.
Mempelajari Qur’an ada tahapannya sebagaimana diisyaratkan dalam Sistematika Nuzulnya Wahyu, yang dimulai dengan pernyataan IQRA dalam surat Al-Alaq 1-5. Model ESQ dipahami oleh penulis juga berbasis pada pernyataan IQRA dari surat yang sama. Dengan ber-IQRA kita membuka alam pikir atau mind kita untuk mengolah-pikir ilmu yang bersumber dari Yang Maha Pandai, serta kita juga membuka hati kita untuk memahaminya.
Ada esensi manajemen terpenting dalam proses pemahaman Qur’an sebagaimana diisyaratkan dalam Surat Ali Imraan QS-3 ayat 138 yang artinya ”Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. Disini harus dipahami bahwa ketakwaan merupakan kunci untuk memahami isi Qur’an.

B. TEORI KELAHIRAN PEMIMPIN
Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 [tiga] teori yang menonjol [Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18], yaitu [a] teori genetis, [b] teori sosial, dan [c] teori ekologis.

a.     Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk”  [Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini,  dapat saja terjadi, karena  seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas,  teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
 Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa,  seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders are made and not born].  Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih untuk menjadi pemimpin.  Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.

b.     Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa,  seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui  pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut  dapat teraktualisasikan dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi.  Penganut teori ini berpendapat bahwa,   ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:
[1] Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.
[2] Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan
[3] Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin.
Menurut Ordway Tead, jalan menjadi seorang pemimpin, karana :
[1] Membentuk diri sendiri [self constituded leader, self mademan, born leader]
[2] Dipilih oleh golongan, artinya ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
[3] Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya [Imam Mujiono, 2002: 18].



C. SYARAT SEORANG PEMIMPIN
G.R Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
1.      Kekuatan atau energi Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2.      Penguasaan emosional Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
3.      Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.
4.      Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
5.      Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
6.      Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
7.      Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
8.      Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila, Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2.      Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3.      Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah).
4.      Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah.
5.      Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6.      Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7.      Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8.      Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9.      Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10.  Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11.  Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.
Dalam agama islam juga menjelaskan syarat seseorang yang menjadi pemimpin ya’ni seorang pemimpin harus commited terhadap ajaran islam. Dalam situasi bagaimanapun seorang muslim harus terikat terhadap ajaran agamanya. Begitu pula dengan seorang pemimpin, baik dia berada dalam posisi kepemimpinan formil maupun informal, atau juga dalam posisi sebagai pemimpin keduniaan maupun agama.
Di dalam al-quran secara baku dan menyeluruh diungkapkan persyaratan seorang muslim, sebagai berikut :
1.      Demi waktu.
2.      Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian.
3.      Kecuali, mereka yang beriman dan beramal soleh dan berpesan dalam kebenaran serta berpesan dalam kesabaran. (Q.S. Al-ashri : 1-3)
Ayat alquran diatas yang begitu retoris serta puitis menjelaskan sebuah bimbingan sekaligus peringatan kepada manusia serta kepada setiap pribadi muslim khususnya untuk memegang teguh amanah atau misi yang dibawanya secara kaffah. Seorang pemimpin harus mampu menganalisa situasi dan kondisi disekitarnya, dia dituntut untuk mendayagunakan waktu dan ruang se-efisien dan se-efektif mungkin didalam melaksanakan amanah yang diberikan diatas tanggung jawabnya. Seorang pemimpin juga harus mampu mendaya gunakan man power, memberikan bimbingan dan sekaligus pandai memberikan arahan dan nasihat.
Selanjutnya pemimpin harus memenuhi kareteria atau kekuatan diatas perisip-perinsip :
1.      Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2.      Seorang pemimpin harus bias menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas melalui bentuk amal soleh.
3.      Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4.      Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi sehingga tidak mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.

D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG PEMIMPIN
Pengambilan keputusan adalah pekerjaan mental setiap orang yang disebut manajer (pimpinan), untuk memecahkan masalah-masalah yang selalu timbul setiap hari dan setiap saat. Kegiatan pengambilan keputusan diperlukan dalam setiap organisasi apapun, baik organisasi yang besar maupun yang kecil. Hal ini berarti kegiatan pengambilan keputusan diperlikan di dalam perusahaan, instasi pemerintah, kemiliteran, bahkan dalam organisasi yang terkecil yaitu keluarga. Seorang manajer atau pimpinan yang dalam pengambilan keputusan cepet dan tepat, maka manajer atau pimpinan tersebut dapat dinilai berhasil, dan sebaliknya bila keputusan yang diambil kurang cepat dan tepat maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa manajer atau pimpinan itu kurang berhasil. 
Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang pemimpin . Dalam pelaksanan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan berbagai alternatif dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan. Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan keputusan .
Pemimpin harus memilih diantara alternatif yang ada dan kemungkianan implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.

1. Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan – tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat diartikan beberapa hal.
·         Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, antara lain : dengan mempertimbangkan kemampuan organisasi, personnel yang tersedia, situasi lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil. Sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari masalah tersebut harus diketahui dengan jelas.
·         Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan dapat dipercaya.
 Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.

2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
           Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan dengan tujuan yang jelas. Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan internitas masalahnya dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan masalah yang komplek.
         Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkahyang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian SP, 1973) :
1.Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
2.Mengumpulkan fakta dan data yang relevant
3.Mengolah fakta dan data tersebut;
4.Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
5.Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
6.Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan ;
7.Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimendan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.

2. MANAJEMEN
Dalam beberapa referensi ilmu manajemen dikatakan bahwa, ”Manajemen adalah mengerjakan segalanya secara benar, sedangkan Kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal yang benar.” Dalam melaksanakan kegiatan manajemen, seorang pemimpin dituntut untuk dapat memenuhi kedua persyaratan di atas secara menyeluruh (kaffah). Seringkali para pemimpin menemui dilema dalam pengambilan keputusan karena hal benar yang mereka kerjakan pada saat ini bukan merupakan hal yang dibenarkan secara manajemen dalam kesempatan yang lain, artinya dimensi waktu bisa menegatifkan pengambilan keputusan sebelumnya.
a.      Definisi Manajemen Secara Etimologi
Manajemen di dalam bahasa inggris, berasal dari kata to manage dalam Webster New Coolegiete Dictionary. Kata manage dijelaskan berasal dari bahasa itali ”Managgio” dari kata ”managgiare” yang selanjutnya kata ini berasal dari bahasa latin Menus yang berarti tangan (hand).
Kata manage di dalam kamus tersebut diberi arti
  1. to direct and control (membimbing dan mengawasi)
  2. to treat with care (memperlakukan dengan seksama)
  3. to carry on business or affairs (mengurus perniagaan, atau urusan-urusan / persoalan-persoalan)
  4. to achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).
Manajemen dalam bahasa arab diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim. Yang merupakan, suatu tempat untuk, menyimpan segala sesuatu, dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.

b.      Definisi Manajemen Secara Terminologi
Manajemen adalah upaya mengatur, dan mengarahkan berbagai sumber daya, mencakup manusia (man), uang (money), barang (material), mesin (machine), metode (methode) dan pasar (market).
Menurut G.R Terry adalah manajemen adalah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga dan sumber daya lainnya.
Menurut Robert Kreitner manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas.
Menurut John. D Millet dalam buku Management in the public service manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Menurut James A. F. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai: bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
Manjemen juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

c.       Definisi Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah adalah suatu perangkat atau organisasi dalam mengolah dakwah agar tujuan dakwah tersebut dapat lebih mudah tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.

d.      Unsur-Unsur Manajemen Dakwah
  1. Perencanaan dakwah: tahap ini meliputi membuat susunan materi dakwah yang akan disampaikan kepada Mad'u. dan juga membuat susunan acara yang akan dilakukan mulai dari awal hingga akhir acara tersebut
  2. Pengorganisasian dakwah: tahap ini merupakan, tahap yang dimana segala anggota penyelenggara acara berkumpul bersama dan saling bekerja sama dengan harapan tujuan dakwah tersebut bisa sukses.
  3. Penggerakkan dakwah: tahap ini merupakan di mana segala anggota yang terlibat, menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan perencanaan kegiatan dakwah yang telah dibuat bersama.
  4. Pengendalian dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya mengatur jalannya acara, agar acara tersebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama. Jadi situasi acaranya bisa terkendali.
  5. Evaluasi dakwah: tahap ini merupakan suatu upaya melihat hasil / feedback yang diberikan mad'u, setelah mad'u tersebut menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh Da'i.
3. DEFINISI DAKWAH
Pada saat sekarang ini, sering kali terjadi istilah dakwah yang banyak disempitartikan oleh kebanyakan orang sehingga dakwah sering identik, dengan pengajian, khutbah, dam arti-arti sempit lainnya. Oleh karena itu, istilah dakwah perlu dipertegas takrifnya.
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab dakwah dan kata da’a, yad’u yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Dakwah dengan pengertian diatas dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an  (QS. Yusuf: 33):
tA$s% Éb>u ß`ôfÅb¡9$# =ymr& ¥n<Î) $£JÏB ûÓÍ_tRqããôtƒ Ïmøs9Î) ( žwÎ)ur ô$ÎŽóÇs? ÓÍh_tã £`èdyøx. Ü=ô¹r& £`ÍköŽs9Î) `ä.r&ur z`ÏiB tûüÎ=Îg»pgø:$# ÇÌÌÈ  

"Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (QS. Yusuf: 33)
Dari segi bahasa dakwah juga dapat diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.
Istilah dakwah digunakan dalam al-Qur’an baik dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk masdar berjumlah lebih dari seratus kata. Sementara itu, dakwah dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan maupun kepada kejahatan yang disertai dengan resiko pilihan. Dan secara istilah dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan makna dakwah dalam konteks yang berbeda.
jadi dapat disimpulkan manajemen adalah proses kegiatan dengan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu serta dilaksanakan secara berurutan berjalan ke arah suatu tujuan.

a.      Kepemimpinan dalam Manajemen dakwah
Kepemimpinan dalam manajemen dakwah adalah sifat atau cirri tingkah laku pemimpin yang mengandung kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan daya kemampuan orang seorang atau kelompok orang guna mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain pemimpin dakwah adalah orang yang dapat menggerakan orang lain yang ada disekitarnya dengan pengaruhnya untuk mengikutinya dalam peroses mencapai tujuan dakwah.
Orientasi terhadap waktu merupakan salah satu hal terpenting dalam implementasi manajemen. Dalam dunia manajemen moderen, pernyataan seperti time is money atau time is everything merupakan aktualisasi dari sikap menghargai waktu. Dalam konteks manajemen spiritual, pernyataan tersebut secara tegas dijelaskan dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 yang secara bebas dipahami oleh penulis sebagai ”rugi para manajer yang tidak mengimplementasikan esensi IMAN, ISLAM dan IMAM dalam praktek manajemennya sepanjang waktu”, sehingga penulis kemudian berani menyimpulkan bahwa inilah esensi kepemimpinan yang sebaiknya dipunyai oleh kita.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ø  kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.
Ø  kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Ø  Di dalam al-quran secara baku dan menyeluruh diungkapkan persyaratan seorang muslim, sebagai berikut :
1.      Demi waktu.
2.      Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian.
3.       Kecuali, mereka yang beriman dan beramal soleh dan berpesan dalam kebenaran serta berpesan dalam kesabaran. (Q.S. Al-ashri : 1-3).
Ø  Teori genetic, social, ekologik
Ø  Kepemimpinan dalam manajemen dakwah adalah sifat atau cirri tingkah laku pemimpin yang mengandung kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan daya kemampuan orang seorang atau kelompok orang guna mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan.