Tuesday, May 19, 2015

MANAKIBAN SEBAGAI METODE DAKWAH THORIQOT QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH (TQN) PONDOK PESANTREN SURYALAYA DI DUSUN CICEURI DESA CIOMAS KEC. PANJALU


3.1.       Kondisi Objektif Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Dusun Ciceuri terletak di Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Lokasinya berada di kaki Gunung Syawal. Dengan jarak 5 km dari kota kecamatan, dari ibukota Kabupaten berjarak kurang lebih 34 Km sedangkan dari ibu kota propinsi kurang lebih 108 km. Akses menuju Dusun Cisirri sangatlah mudah karena jalan utamanya yang berada di Desa Ciomas dilalui oleh kendaraan umum. Baik yang menuju ibukota kabupaten maupun ibukota propinsi.
Dusun Ciceuri Desa Ciomas sebagian besar adalah permukiman yang luas keseluruhannya 122.541 Ha (sumber Kantor Desa Ciomas tahun 2014).
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2014 penduduk Dusun Ciceuri Desa Ciomas seluruhnya berjumlah 1387 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 668 orang dan perempuan sebanyak 719 orang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
TABEL 1
JUMLAH PENDUDUK DUSUN CICEURI DESA CIOMAS PADA TAHUN 2014
No
Jenis kelamin
Jumlah penduduk
keterangan
1.
Laki-laki
668
Tua/muda
2.
Perempuan
719
Tua/muda

JUMLAH
1387
Tua/muda
Sumber: Kantor Kepala Desa Ciomas 2014
   Berdasarkan data diatas, jumlah Perempuan di Dusun Ciceuri Desa Ciomas lebih banyak dari jumlah Laki-laki.
   Pada umumnya penduduk di Dusun Ciceuri Desa Ciomas mayoritas beragama Islam. Di bawah dapat dilihat Tabel mengenai jumlah penduduk berdasarkan Agama.
TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA TAHUN 2013
No
AGAMA
JUMLAH
1
Islam
1387
2
Prostestan
0
3
Katolik
0
4
Hindu
0
5
Budha
0
Sumber : Kantor Kepala Desa Ciomas 2014
Adapun mayoritas penduduk Dusun Ciceuri bekerja sebagai petani dan sebagian kecil lainnya memilih mencari nafkah di daerah lain seperti di Cipanas Puncak, Cianjur, Bandung, dan Jakarta. Adapun yang berstatus Pegawai Negeri Sipil ada 5 orang dan pengusaha 3 orang. Pada saat ini, kehidupan ekonomi di lingkungan Dusun Ciceuri mulai menunjukkan peningkatan terutama setelah adanya pengajian berformat Manaqiban yang berasal dari PP. Suryalaya dan dikembangkan oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul. Peningkatan ekonomi masyarakat itu seiring dengan banyaknya tamu-tamu yang berdatangan ke Dusun Ciceuri untuk mengikuti manaqiban dan masyarakat setempat memperoleh manfaat dari para tamu tersebut dengan melakukan transaksi ekonomi seperti menyewakan rumah untuk penginapan para tamu, berjualan dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya (wawancara dengan odih aryadih pada tanggal 12 juli 2014).
Berdasarkan keterangan langsung dari Ibu Hj. Siti Maryam, salah seorang tokoh di Desa Ciomas, dan sebagian warga masyarakat yang sempat di wawancarai, Jauh sebelum adanya tokoh yang bernama KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang mengembangkan manaqiban di Dusun Ciceuri, daerah ini merupakan sebuah tempat yang gersang dalam aspek spiritual. Hampir sebagian besar penduduk hidup serba kekurangan, singkong merupakan makanan harian penduduknya. Hal ini disebabkan karena daya beli yang sangat minim dan ketidakmampuan masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan khususnya dalam hal memenuhi kebutuhan perekonomian masing-masing. Hal ini merupakan produk masa lalu karena Dusun Ciceuri pernah dikuasai kelompok gerombolan pemberontak DI/TII sehingga daerah konflik tersebut berefek pula kedalam kehidupan keseharian masyarakat.
Berdasarkan keterangan dari KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul, sebelum tahun 1972 masyarakat Dusun Cisirri seringkali mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan dan kebodohan masyarakatnya menjadikan daerah ini tertinggal jauh bila dibandingkan dengan dusun lainnya yang ada di Desa Ciomas.
3.2.       Perkembangan Manakiban di Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Pengajian Manaqiban yang diselenggarakan di Dusun Ciceuri dimulai pada Tahun 1972. Dimulainya pengajian Manaqiban di Dusun Ciceuri dilakukan oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang pada saat itu adalah seorang ustadz muda lulusan Pesantren Gegempalan Panjalu dan Pesantren Cintawana Tasikmalaya yang telah empat tahun bertabaruk Pada Pangersa Abah Anom Mursyid TQN PP. Suryalaya. Pelaksanaan Manaqiban di Dusun Ciceuri pun bermula dari arahan Pangersa Abah Anom kepada KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul agar di Pesantren al-Ishlah (kini bernama Pesantren Sirnarasa) diadakan pengajian Manaqiban sebagai bentuk pengembangan dari Syi’ar TQN PP. Suryalaya.
Di Tahun 1972 itulah, Pengajian Manaqiban perdana dilaksanakan di Pesantren Al-Ishlah Dusun Ciceuri. Ajengan Gaos, panggilan akrab dari KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul menetapkan waktunya setiap malam Jum’at pertama setiap bulannya dalam penanggalan hijriyah dengan pelaksanaan dari mulai Maghrib sampai jam 10 malam.
Menurut KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul, di awal-awal pelaksanaan Manaqiban yaitu antara tahun 1972 – 1975, tantangan demi tantangan dari masyarakat di Desa Ciomas hingga se Kecamatan Panjalu terhadap dirinya sangat besar. Penentangan yang terjadi bukan saja dilakukan oleh kalangan masyarakat bahkan sebagian ulama dan aparat pemerintah pun sangat keras menentang adanya pengajian Manaqiban ala TQN PP. Suryalaya di Dusun Ciceuri. Penentangan tersebut mengakibatkan KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul saat itu diboikot dari mulai tidak diberi kesempatan dakwah di Wilayah Kecamatan Panjalu sampai dengan bubarnya pengajian Senenan (setiap hari Senin) dan ditariknya kembali santri-santri yang belajar di pesantrennya oleh orang tuanya sehingga pada saat itu pesantren yang dipimpin oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul merupakan pesantren yang tidak punya santri.
Namun tantangan demi tantangan itu dapat dilalui dengan sabar oleh KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul berkat bimbingan dari guru spiritualnya, yaitu Pangersa Abah Anom. Dan pada tahun 1980, seiring dengan dikenalnya nama KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul khususnya oleh para ikhwan TQN PP. Suryalaya, Pengajian Manaqiban di Pesantren Al-Ishlah yang pada tahun ini pula berganti nama menjadi Pesantren Sirnarasa dari pemberian Pangersa Abah Anom mulai didatangi oleh para ikhwan diluar Dusun Cisirri.
Hingga akhir Tahun 2012, Pengajian Manaqiban di Pesantren Sirnarasa berlangsung setiap Malam Jum’at pertama dalam penanggalan hijriyah. Dan semenjak awal Tahun 2013, pengajian Manaqiban di Pesantren Sirnarasa dialihkan waktunya menjadi pagi hari hingga dzuhur setiap tanggal 10 hijriyah. Menurut KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul, dialihkannya waktu pelaksanaan manaqiban di Pesantren Sirnarasa Dusun Cisirri dari Malam Jum’at pertama ke tanggal 10 hijriyah, dilatarbelakangi beberapa faktor antara lain:
Banyaknya permintaan para ikhwan untuk bisa dilaksanakan pagi hari agar bisa diikuti. Hal ini bisa dimaklumi jika Manaqiban pada malam hari banyak yang tidak bisa datang berhubung lokasi Dusun Cisirri berada lebih kurang 800 meter dari Jalan utama Desa Ciomas dengan kondisi jalan menanjak dan tidak ada lampu penerang jalan. Selain itu pula tidak adanya saran transportasi umum sehingga menyulitkan sebagian ikhwan terutama mereka yang telah berusia lanjut dan tidak punya kendaraan sendiri.
Dimaksudkan pula agar para ikhwan yang jauh dapat langsung mengikuti manaqiban di Pondok Pesantren Suryalaya seusainya Manaqiban di Pesantren Sirnarasa karena pelaksanaan manaqiban di PP. Suryalaya berlangsung setiap tanggal 11 hijriyah.
Kini setelah hampir satu setengah tahun pelaksanaan Manaqiban di Pesantren Sirnarasa berlangsung dari pagi hingga dzuhur, jama’ah yang hadir nyaris tidak tertampung. Ada beberapa faktor yang menjadikan Manaqiban di Pesantren Sirnarasa Dusun Cisirri semakin berkembang pesat, yaitu sosok KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul yang mempunyai kharisma di hadapan para jama’ahnya juga pelayanan maksimal yang dilakukan oleh seluruh unsur yang ada di Pesantren Sirnarasa dalam melayani para ikhwan yang datang. Mereka membantu kebutuhan para ikhwan selama penyelenggaraan manaqiban secara totalitas.
Kini diperkirakan, setiap bulannya lebih kurang jama’ah manaqiban yang datang ke Pesantren Sirnarasa Dusun Cisirri sekira 5000 hingga 6000 orang. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan sebagian ikhwan Malaysia ada yang rutin datang setiap bulannya (wawancara dengan Aj. Ayi Abdul Jabbar, tanggal 15 Juli 2014).
3.3.       Pelaksanaan Manakib di Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Manaqiban dalam TQN merupakan amalan syahriyyah artinya amalan yang harus dilakukan minimal satu bulan satu kali. Biasanya  materi manakiban terbagi pada dua bagian penting. Pertama, materi (kontens) tentang hidmah ‘amaliyah. Hidmah amaliyah ini adalah inti manakiban itu sendiri. Substansi ajarannya ialah meliputi:
1)      Pembukaan, diawali dengan pembacaan surat Al Fatihah yang ditujukan kepada :
a.     Para Ahli Silsilah (Guru Mursyid), dengan do’a dan harapan agar senantiasa sehat wal'afiyat, dipanjangkan usia, ditambah karomah-Nya dalam rangka membimbing dan mengayomi seluruh ikhwan TQN PPS.
b.     Pimpinan Negara, dengan doa dan harapan agar bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir dan bathin.
c.     Untuk para Ikhwan yang sedang mendapatkan musibah berupa sakit yang dideritanya dan cobaan lainnya dengan doa dan harapan semoga disembuhkan penyakitnya.
2)      Pembacaan ayat suci al-Quran
3)      Pembacaan Tanbih (wasiat guru agung Syekh Abdulloh Mubarok Bin Nur Muhammad, ra)
4)      Pembacaan Tawassul
5)      Pembacaan manqobah Syaikh ‘Abdul Qadior al-Jilani
Kedua, hidmah ‘ilmiyyah. Maksud hidmah ‘ilmiyyah adalah pembahasan tasawuf secara keilmuan  dan pembahasan aspek-aspek ajaran Islam  secara kesuluruhan. Tujuannya adalah untuk membuka wawasan keislaman para ikhwan, memperdalam ilmu ketasawufan, dan memotivasi para ikhwan agar semakin rajin (konsisten) melakukan amalan ajaran Islam khususnya amalan TQN.
6)      Do’a/penutup (pembacaan sholawat bani hasyim tiga kali secara bersama-sama).
Pelaksanaan Manaqiban di Dusun Ciceuri mengikuti apa yang ada di Pondok Pesantren Suryalaya. Jadi manaqiban yang di laksanakan di Dusun Ciceuri sama dengan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Suryalaya (wawancara dengan Aj. Sambas Muhammad Nasir, sebagai staf pengajar Santri Pesantren Sirnarasa. Tanggal 11 Juli 2014).
1)             Hikmah acara manakiban
1.    Silaturahmi, dimana pada saat acara manaqib ini berkumpul para ikhwan, mubaligh/da'i pembina, dan terutama silaturahmi dengan Mursyid. Dengan melaksanakan manaqib maka kita telah melaksanakan perintah dari Alloh SWT. berikut ini dalilnya;
a.         Memutus tali silaturahmi adalah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Dalam Q.S an-Nisa’ ayat 1 Allah berfirman. “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi". Dalam kitab Ahkam al-Qur’an-nya, Ibnu al-Arabi menafsirkan ayat ini dengan: “Takutlah kepada Allah untuk berdosa kepada-Nya dan takutlah untuk memutus tali silaturahmi”.
2.    Doa, pada saat melaksanakan manaqib, didalamnya dipanjatkan doa-doa, sehingga dengan demikian kita telah melaksanakan perintah Alloh SWT. berikut ini dalilnya;
a.         Surat Al-A'râf ayat 55-56 Artinya: "Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasanya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan)."
b.        Surah Al-Baqarah ayat 186. Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat (kepada mereka). Aku perkenankan doa orang-orang yang mendoa apabila ia memohon (mendoa) kepada-Ku. Sebab itu, hendaklah mereka memenuhi (seruan)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk." 
c.         Surah Al-Mu'min, ayat 60. Artinya: "Dan berfirman Tuhanmu "Memohonlah (mendoalah) kepada-Ku, Aku pasti perkenankan permohonan (doa) mu itu."
d.        Surah Al-A'râf, ayat 180: Artinya: "Dan Allah mempunyai nama-nama yang sangat indah (Al-Asmâ'u al-Husnâ), maka memohonlah kamu kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama itu."
e.         Surah Al-Isrâ', ayat 110. Artinya: "Katakanlah olehmu hai Muhammad: berdoalah (pujilah) akan Allah atau berdoalah (pujilah), akan Ar-Rahmân (Maha penyayang)."
f.         Surah Yûnûs, ayat 10. Artinya: "Doa (percakapan) mereka di dalamnya (surga), adalah Allâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan)."

3.    Membaca Al Qur'an, juga pada saat manaqib kita semua membaca al Qur'an. Berarti kita juga telah melaksanakan perintah Alloh SWT. Berikut ini dalilnya;
a.         Allah SWT berfirman, yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil [QS:Al-Muzzammil :73).
b.        Allah SWT berfirman, yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada Allah lah mereka bertawakkal." (Surah Al Anfaal ayat 2)
c.         Allah berfirman, yang artinya "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah dengan baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat". (Surah Al A'raaf ayat 204)
d.        Dari Abu Umamah Al-bahili ra, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al Qur'an. Karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaát kepada para pembacanya." (HR Muslim)

4.    Tanbih/Wasiat, pada saat manaqib dibacakan Tanbih/pesan dari Syekh Abdullah Mubaroq bin Nur Muhammad ra. (Abah Sepuh), dengan demikian kita telah mendengarkan nasihat dari 'Ulama Warosatul Anbiya. Berikut ini dalilnya;
a.        Allah SWT. berfirman, yang artinya "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan wejangan: “Wahai anakku, janganlah kau sekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan menyekutukan Allah (syirik) itu kedzaliman yang sangat besar.” (Luqman: 13).
b.        Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. al-Baqarah :132)
c.         Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hak seorang muslim yang memiliki sesuatu yang dia ingin berwasiat padanya yang tertahan dua malam kecuali wasiatnya ditulis di sisinya." (HR. Bukhori dan Muslim).

5.    Tawasul, yaitu menghubung-hubungkan ruh kita kepada ruh para ahli silsilah agar dapat wushul kepada Alloh SWT. Berikut ini dalilnya;
a.         Allah SWT. berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(Q.S Al Maaidah : 35)
b.        Allah SWT. berfirman yang artinya, "Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)” (Q.S Yusuf : 97)
c.         Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Yusuf : 98)

6.    Riwayat, membacakan riwayat orang sholeh dengan maksud untuk diteladani sangatlah bermanfaat (kifarat terhadapa dosa), berikut ini dalilnya;
a.         Melaksanakan manaqib dengan tujuan untuk mendekati Allah dengan cara mendekati orang-orang yang dicintai Allah adalah sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Luqman: 15: “.... dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
b.        Tafsir al Qurthuby mengartikan “anaba ilayya” kembali kepada-Ku (Allah SWT) yaitu kembali kepada jalan para Nabi dan orang-orang sholeh. Dengan demikian maka mengikuti jalan orang-orang sholeh apalagi para ulama dan aulia merupakan anjuran Allah dan Rasul-Nya. “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)
c.         Dalam Al-Quran dikatakan: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (At-Taubat 100). 
d.        Rasulullah Saw.bersabda: “Barangsiapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama saja ia telah menghidupkannya kembali.Dan barangsiapa membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya.Maka Allah akan menganugerahinya ridhaNya dengan memasukkannya di surga.”
e.         “Ketahuilah seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan,agar ia mencari berkah dan anugerah serta terkabulnya doa dan turunnya rahmat di depan para wali,di majelis-majelis dan perkumpulan mereka,baik masih hidup ataupun sudah mati,di kuburan mereka ketika mengingat mereka,dan ketika orang banyak berkumpul dalam menziarahi mereka,dan pembacaan riwayat hidup mereka (manaqiban).” (Dalam kitab Jala’ adz-Dzulam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awam).

7.    Shalawat, didalam majelis manaqib juga banyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dalilnya;
a.         Allah SWT. berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya".
b.        Hadist yang artinya: "Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada." (HR. Al-Nasâ'i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).

8.    Tholabul 'Ilmi, juga didalam majelis manaqib ada hidmat ilmiah, yaitu ceramah agama Islam oleh Mubaligh/Da'i pembinan, sebagaimana dalilnya;
a.        Allah SWT berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).
b.        Allah SWT. berfirman yang artinya, "Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama?" (QS. At-Taubah:122)
c.         Rosulullaah SAW. bersabda yang artinya, "Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam" (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).
d.        Imam Syafii (Rahimahullahu Ta'ala) berkata, "Barang siapa yang tidak cinta terhadap ilmu, maka tidak ada kebaikan padanya; dan janganlah di antara kamu dengannya terjalin hubungan intim dan tidak perlu kenal dengannya, sebab orang yang tidak mau belajar ilmu, tentu ia tidak akan mengetahui cara-cara beribadah dan tidak akan melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Seandainya ada seseorang yang beribadah kepada Allah Swt. seperti ibadahnya para malaikat di langit, tetapi tanpa dilandasi dengan ilmu, maka ia termasuk orang-orang yang merugi." (Dikutip dari kitab 'Ilajul Amradlir Radiyyah, hamisy kitab 'Fawaidul Makkiyyah', halaman 14-15).

9.    Shodaqoh; baik dengan hartanya, ilmunya, dan tenaganya. Dalilnya;
a.         Allah SWT. berfirman yang artinya, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Alloh, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Alloh), Maka Alloh akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Alloh menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqoroh : 245).
b.        Allah SWT. berfirman yang artinya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqoroh : 274).
c.         Allah SWT. berfirman yang artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Alloh menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Alloh pinjaman yang baik, niscaya Alloh melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Alloh Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (At-Taghobun : 16-17)
d.        Allah SWT. berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Saba’ : 39).
e.         Rosullullah SAW. bersabda yang artinya, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
f.         Rosullullah SAW. bersabda yang artinya, “Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421) (wawancara dengan Aj.sambas Muhammad Nasir, staf pengajar Santri Pesantren Sirnarasa. Tanggal 11 Juli 2014).
3.4.       Nilai Dakwah Dalam Manakiban di Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Dakwah merupakan sebuah risalah universal, dakwah kepada manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi setiap hamba Alloh, Arab maupun non Arab, setiap negeri Alloh Barat maupun Timur dan semua warna kulit (Qardhawy, h. 339).
Adapun Dakwah melalui pengajian manaqib ala TQN Pondok Pesantren Suryalaya artinya semua unsur yang terlibat di dalamnya baik mubaligh atau mustami harus mengacu kepada maklumat yang dikeluarkan oleh Pangersa Abah Anom selaku Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
Bagi masyarakat di Dusun Cisirri, adanya pengajian manaqiban telah memberi nilai yang sangat besar sekali bagi perubahan tatanan kehidupan ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun spiritual. Nilai dalam kamus bahasa Indonesia h. 337 berarti taksiran, harga, angka, atau sifat-sifat yang penting, berguna bagi manusia. Sedangkan menurut istilah keagamaan, nilai adalah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci, sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan masyarakat yang bersangkutan (Nurseri, h. 221).
Pengajian Manaqiban sendiri dipercaya oleh masyarakat di Dusun Cisirri merupakan pengajian yang memberikan nilai keberkahan bagi siapa saja yang mengikutinya atas dasar mahabbah pada guru mursyid dengan mengikuti sepenuh hati apa yang disukai oleh Guru Mursyid. Dan pengajian manaqiban adalah salah satu bentuk amalan yang disukai oleh Guru Mursyid (Wawancara dengan KH. Ucu Syamsudin, tanggal 21 juli 2014).
Nilai –nilai dari Amaliyah Manaqiban bagi warga di Dusun Cisirri telah memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perubahan akhlak warganya. Hal ini terindikasikan dengan prilaku sebagian besar warga masyarakatnya yang senang melakukan ritual-ritual amaliyah sebagai manifestasi rasa kehambaan mereka yang penuh dengan noda dan dosa. Warga masyarakat di Dusun Ciceuri berupaya mengikuti pembimbing mereka yaitu Ajengan Gaos untuk menjadi ahli taubat yaitu tidak melakukan kedua kalinya perbuatan yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara (wawancara dengan Ust. Ayi Abdul Jabbar, tanggal 21 juli 2014).
Dampak positif lainnya bagi warga masyarakat Dusun Ciceuri dengan terselenggaranya manaqiban adalah menjadikan masyarakatnya tidak silau dengan gemerlapnya dunia berupaya kekayaan bersifat materi. Walaupun mereka kerap disuguhi pemandangan gemerlapnya kekayaan dari tamu-tamu yang datang namun warga masyarakat menyikapi biasa biasa saja. Memang warga masyarakat pun berupaya untuk menjadikan diri mereka makmur secara ekonomi namun pandangan dari Ajengan Gaos yang menyampaikan kepada warga masyarakat harus bersikap zuhud dan waro dalam artian warga masyarakat harus berupaya bekerja keras agar bisa menjadi makmur secara ekonomi namun jangan menjadikan kekayaan tersebut tertanam dalam hati (wawancara dengan ust. Sambas M Nashir, tanggal 21 Juli 2014).
Selain itu, nilai postif adanya pengajian manaqiban bagi warga di Dusun Ciceuri adalah menjadikan warganya menjadi pribadi-pribadi yang toleran, humanis, ramah, suka membantu, gotong royong dan dermawan seperti yang diamanahkan dalam Tanbih (Wasiyat dari Abah Sepuh bagi para murid yang biasa dibacakan saat amaliyah manaqiban).
3.5.       Faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan manakiban sebagai metode dakwah di Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
3.5.1. Faktor Pendorong
Saat ini, Pengajian Manaqiban di Dusun Cisirri berkembang dengan pesat. Pesatnya pengajian manaqib di Dusun Cisirri dimulai semenjak jadwal pelaksanaan manaqiban dirubah dari malam hari (setiap malam Jum’at minggu pertama bulan hijriyyah) menjadi pagi hari (setiap tanggal 10 hijriyyah).
Perubahan jadwal manaqib ini dilakukan pada Bulan Januari 2013. Kini jama’ah yang menghadiri pengajian manaqib di Dusun Ciceuri bukan saja para ikhwan dari Wilayah Priangan Timur namun dari berbagai daerah di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Medan, Lampung dan  Sulawesi Barat ada yang rutin menghadiri. Rata-rata yang hadir setiap bulannya berkisar 6000 orang. Indikasi ini ditunjukkan dengan jumlah air minum gelas yang diberikan kepada para ikhwan juga nasi bungkus untuk menjamu peserta pengajian manaqib (Wawancara dengan Bapak Odih koordinator konsumsi, tanggal 02 Juli 2014).
Yang paling dominan atas berkembangnya pengajian manaqib di Dusun Ciceuri adalah adanya tokoh yang dikenal cukup luas dan kharismatis yaitu KH.M.Abdul Gaos Saefulloh Maslul. Sosok Ajengan Gaos lah yang menjadikan magnet tertariknya para ikhwan untuk menghadiri manaqiban di Dusun Cisirri baik yang datang dari dekat maupun yang jauh .
Adanya beberapa media cetak dan elektronik semisal Majalah Nuqthoh, Majalah Taabut, Majalah Jagat ‘arsy, Tabloid Duta Priangan dan Jagat Arsy TV yang intensive memberitakan tentang sosok Ajengan Gaos juga Kegiatan Manaqiban di Dusun Cisirri sehingga menjadikan banyaknya orang-orang untuk datang ke Dusun Ciceuri.
3.5.2. Faktor penghambat
Perjalanan Dakwah Pengajian Manaqib Syekh Abdul Qodir al Jailani qs ala TQN PP. Suryalaya yang dikembangkan di Dusun Ciceuri harus menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk bisa eksis seperti sekarang ini. Beberapa faktor yang menjadikan tidak mulusnya pengembangan pengajian manaqiban di Dusun Ciceuri, antara lain:
1.        Tokoh-tokoh utama di Desa Ciomas yang menjadi induk dari Dusun Ciceuri antara lain para ustadz dan tokoh masyarakat kurang begitu respek dengan pengajian manaqiban. Sebagian dari para tokoh tersebut bahkan secara pro aktif menyampaikan kembali kepada masyarakat untuk tidak mengikuti pengajian manaqiban. Bukti secara riil nya adalah pengajian manaqib di wilayah Desa Ciomas yang terdiri dari Dusun Ciceuri, Dusun Cangkuang, Dusun Hanjatan, Dusun Ciomas dan Dusun Sukamulya umumnya tidak dihadiri sebagian masyarakat pecinta pengajian. Mereka lebih memilih pengajian yang bersifat umum (Wawancara dengan Rurah Abdul Rojak Ciomas dan Ibu Hj. Siti Maryam sesepuh di Desa Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
2.        Kurangnya mubaligh lokal yang berasal dari Wilayah Desa Ciomas sendiri yang menyampaikan dakwah berbasis thoriqot. Kebanyakan para mubaligh yang memegang masjid-masjid dusun di Wilayah Desa Ciomas adalah lulusan lembaga keagamaan yang tidak respek dengan Thoriqot (Wawancara dengan Ust. Muhaimin DKM Masjid Nurul Falah Hanjatan, Ust. Amir DKM Masjid al Istiqomah Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
3.        Ada di antara mubaligh thoriqot yang menyampaikan dakwah tidak sejalan dengan Tanbih (Wasiat Abah Sepuh selaku pendiri PP. Suryalaya kepada para murid agar berlaku Cageur Bageur) yang berakibat kepada dakwah inti sendiri yaitu menjadi antipati daripada meraih simpati (Wawancara dengan Ibu Hj. Maryam sesepuh di Desa Ciomas yang juga juru kunci Makam Kekeramatan Ciomas, tanggal 20 Juli 2014).
3.6.       Dampak sosial ekonomi, politik dan budaya dari pelaksanaan manakiban terhadap Masyarakat Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kec. Panjalu
Sejarah telah merekam, bagaimana kondisi Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis sebelum tahun 1972. Daerah ini merupakan tempat yang kebanyakan penduduknya adalah warga miskin dengan pendidikan rata-rata hanya sampai tingkat SD. Kondisi seperti ini bahkan masih menimpa sebagian masyarakat sampai dengan Tahun 1990 (Wawancara dengan Ibu Hj. Siti Maryam).
Seiring dengan berkembangnya Pengajian manaqiban di Dusun Ciceuri serta dikenal luasnya Ajengan Gaos oleh berbagai kalangan menjadikan banyaknya berbagai kalangan untuk datang ke Ciceuri mengikuti Pengajian Manaqib dan bertemu dengan Ajengan Gaos, baik untuk sekedar tabaruk maupun untuk kepentingan pribadi lainnya yang terkait dengan konsultasi masalah amaliyah keagamaan maupun masalah spiritual lainnya. Hal ini tentunya membawa dampak perubahan terhadap tatanan kehidupan masyarakat di Dusun Ciceuri Desa Ciomas. Perubahan tersebut tidak hanya terkait dengan masalah perekonomian dan sosial tetapi masuk pula ke ranah budaya dan politik. Berikut beberapa dampak dengan adanya pengajian manaqib di Dusun Ciceuri.
3.6.1. Dampak Ekonomi
Saat ini, kondisi perekonomian warga masyarakat di Dusun Ciceuri terlihat meningkat dari bulan ke bulan terutama dalam 1 tahun belakangan ini. Dengan arus jama’ah Pengajian Manaqiban yang semakin banyak menginspirasi masyarakat untuk memanfaatkan kehadiran mereka yang bisa berdampak dalam peningkatan perekonomian masyarakat itu sendiri. Banyak warga masyarakat membuka usaha warung, menyewakan rumahnya untuk penginapan, menyediakan lahan kosong untuk tempat parkir, membuka industri rumahan bidang makanan untuk oleh-oleh jama’ah manaqib yang berasal dari kota, juru parkir dan masih banyak lainnya yang memberi dampak cukup signifikan dalam peningkatan perekonomian masyarakat (Wawancara dengan Ketua RT. 10 dan RT 11 RW. 05 Dusun Ciceuri).
3.6.2. Dampak Sosial
Seiring dengan banyaknya berbagai kalangan ke Dusun Ciceuri hal ini turut pula menimbulkan dampak sosial, antara lain :
1.                  Harga makanan dan harga barang yang dijual di Dusun Ciceuri cukup mahal untuk ukuran warga bahkan untuk ukuran tamu sekalipun. Hal ini diakibatkan euforia sebagian masyarakat pelaku ekonomi, atas kehadiran banyak tamu yang tidak pernah mereka rasakan pada waktu-waktu sebelumnya dan sebagian masyarakat pelaku ekonomi tersebut menyamaratakan dan berpendapat bahwa mereka yang datang ke Dusun Ciceuri adalah orang-orang berduit sehingga memanfaatkan mereka bukanlah menjadi suatu persoalan.
2.                  Sebagian warga masyarakat menjual lahan-lahan produktif mereka kepada para tamu yang selanjutnya oleh para tamu dibangun menjadi sebuah rumah dan dipakai oleh komunitasnya setiap kali datang ke Ciceuri untuk manaqiban. Sebagai Contoh, orang kaya Bekasi membuat sebuah rumah di Ciceuri kemudian dinamakanlah Wisma Bekasi untuk selanjutnya, setiap ikhwan yang berasal dari Bekasi setiap bulannya akan menginap disana. Hal ini memang baik untuk kemudahan jamaah luar kota namun berakibat semakin kurangnya lahan produktif masyarakat.
3.                  Berkurangnya lahan pertanian warga masyarakat karena lahan yang ada di pakai untuk perluasan lahan parkir karena kendaraan para tamu semakin tidak tertampung dan hal ini menjadikan sebagian warga masyarakat tidak lagi tertarik untuk menjadi petani ataupun penggarap lahan pertanian karena mereka leih tertarik untuk memanfaatkan kehadiran tamu sebulan sekali untuk bisa didayagunakan untuk kepentingan ekonomi (Wawancara dengan Ketua RW.05 Dusun Cisirri)
4.                  Adanya kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok antara warga masyarakat yang bisa memanfaatkan keberkahan manaqib dengan banyaknya tamu dengan warga masyarakat yang sama sekali tidak punya akses maupun kesempatan dalam mendayagunakan kesempatan dengan banyaknya tamu-tamu yang datang tersebut.
3.6.3. Dampak Politik
Dengan banyaknya jama’ah yang datang ke Dusun Ciceuri berpengaruh pula dalam atmosfir politik terutama menjelang pemilihan umum, baik pemilukada, pemilu legislatif maupun pilpres. Sebagian di antara tokoh-tokoh politik atau mereka yang bergelut di ranah politik berupaya memanfaatkan banyaknya jama’ah yang datang ke Ciceuri untuk kepentingan politik yang bersangkutan dengan maksud bisa memberikan konstribusi suara sesuai kepentingan mereka. Ada di antara warga masyarakat yang terpengaruh namun sebagian besar masyarakat tetap mengacu kepada pilihan politik Ajengan Gaos selaku sosok yang mereka ikuti fatwanya.
3.6.4. Dampak Budaya
Orang-orang yang datang ke Dusun Ciceuri berlatar belakang dari berbagai strata masyarakat dengan suku yang beragam. Walaupun hal ini belum mempengaruhi karakter masyarakat yang ada di Dusun Cisirri namun tanda-tanda akulturasi budaya sudah mulai nampak. Seperti contohnya, dalam setiap moment kegiatan yang ada di Ciceuri, ada pentas-pentas budaya yang ditampilkan sesuai dengan daerah asal mereka. Tentunya hal ini sedikit banyaknya turut mempengaruhi pemikiran serta adat istiadat warga masyarakat di Dusun Cisirri.