Friday, April 8, 2016

TIGA FILSUF MUSLIM (AL-FARABI, AL-GHOZALI, AR-ROZI)



AL-FARABI
A.  Biografi Singkat
Al-Farabi ialah ilmuwan dan filsuf islam yang berasal dari Farab. Nama lengkap beliau adalah Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhn ibn Auzalagh. Dikalangan orang latin abad tengah ia lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunaser). Ia lahir di Wasij pada tahun 257 H / 870 M. Ayahnya seorang Jendral berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki.  Sebutan al-Farabi sebenarnya diambil dari nama kota Farab sebuah distrik (setingkat Kabupaten/kota) provinsi Transoxiana, Turkestan, yakni distrik tempat kelahiran beliau, tepatnya di desa kecil bernamaWasij. Al-Farabi meninggal dunia di Damsyrik pada bulan Rajab tahun 339 H / 950 M, saat berumur 80 tahun dan dimakamkan disana.
Al-Farabi dikatakan memiliki daya akal yang tinggi sejak masa kecilnya, karena di usia mudanya beliau telah mampu belajar berbagai macam ilmu Pengetahuan. Al-Farabi juga dapat menguasai beberapa bahasa asing, di antaranya adalah bahasa Syria, Arab, Yunani, dan masih banyak lagi.  Setelah besar, Al-Farabi mampu menguasai berbagai bidang dalam ilmu keagamaan, di antaranya adalah ilmu Nahu, Tafsir, Hadis, Fiqh, dan sebagainya, selain itu juga mahir dalam berbagai cabang falsafah, ilmu lingkungan, ilmu militer dan ilmu musik. Walaupun begitu, Al-Farabi lebih tertarik dan memberikan perhatiannya pada bidang falsafah dan logika.
Al Farabi selalu berpindah tempat dari waktu ke waktu. Setelah besar Al Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal di sana sekitar 20 tahun lamanya. Di sana ia memperdalam filsafat, logika matematika, etika, ilmu politik, dan sebagainya. Dari Baghdad Al Farabi pindah ke Harran (Iran). Di sana ia belajar filsafat Yunani kepada beberapa orang ahli, diantaranya Yuhana dan Hailan. Tak lama kemuidian meninggalkan Harran dan kembali lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad ia menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis. Al Farabi mengarang buku tentang logika, fisika ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik dan lain-lain. Tetapi kebanyakan karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang dalam peredaran dan diperkirakan tersisa sekitar 30 buah.
B.  Karya Tulis
1.    Selama di Baghdad ia menghabiskan waktunya menulis karya-karyanya
Agrad Al Kitab Ma Ba’da At Tabi’ah (Intisari buku Metafisika)
Al Jam’u Baina Ra’yai Al Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf : Plato dan Aristoteles)
‘Uyun Al Masa’il (Pokok-pokok Persoalan)
2.      Pikiran-pikiran Pendidikan Kota
Ihsa’ Al Ulmu
Al madinatul Fadlilah (Negeri Utama)
Risalah Assiyassiyah
Assaamarotul Mardliyayah
Al Majau
3.      Dalam bidang fisika :
On Vacum
Against Astrology
4.      Dalam bidang Metafisika :
About the Scope of Aristoteles Metaphysizs
On the one (Fi Al Wahid dan Wahda)
5.      Ulasannya terhadap karya Aristoteles
Burhan (dalil)
Ibarat (keterangan)
Khitobah (cara berpidato),
Al-Jadal (argumentasi/berdebat),
Qiyas (analogi)
Mantiq (logika)
6.      Ulasannya terhadap karya Plotinus
Kitab al-Majesti fi-Ihnil Falaq
 7.      Ulasannya terhadap karya Iskandar Al Dfraudisiy
tentang Maqalah Fin-nafsi
C.  Pemikiran Al-Farabi tentang ilmu pengetahuan
Dalam menetapkan penggolongan jenis ilmu, Al-farabi menampilkan gambaran pemikiranya yang lengkap, sehingga dapat dilihat dengan mudah segi-segi persamaan yang ada diantara berbagai jenis ilmu, yang pada mulanya diduga tidak ada persamaanya sama sekali. Seperti ilmu nahwu misalnya, yang menjadi dasar penelitian soal bahasa ilmu semantic.
Menurut al-Farabi, terdapat tiga macam keutamaan, yaitu Keutamaan Pandangan, keutamaan berpikir dan keutamaan akhlak. Dalam Tahshilus-Sa’adah ia mengatakan : “ masalah kemanusiaan yang jika dihayati oleh bangsa-bangsa atau oleh penduduk suatu negri dapat mendatangkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan pertama dan kebahagiaan yang jauh lebih tinggi didalam kehidupan akhirat, ada tiga yaitu : Pandangan utama, akhlak utama dan perbatan utama.
Yang dimaksud dengan “ pandangan utama” ialah berbagai jenis ilmu menuju kepada pengetahuan tentang semua yang ada di alam wujud, dan ini terbagi dalam dua bagian : Ilmu Fithriyyah badihiyyah ( yakni pengetahuan yang dicapai melalui intuisi ) dan ilmu lainya yang dapat dicapai dengan jalan pengamatan, penelitian, pengajaran dan belajar. Semua ilmu tersebut terdiri dari tiga jenis pokok, yaitu ilmu pasti,ilmu alam dan ilmu ketuhanan atau metafisik.
Dalam Buku Ihsa al-Ulum merupakan encyclopedia mengenai ilmu akhlak yang terbagi atas lima bagian: 1. bahasa, 2. ilmu hitung, 3. logika, 4. ilmu-ilmu alam (natural sciences), dan 5. politik dan sosial ekonomi (sosio ekonomi).
Bagi al-Farabi logika bukanlah satu jalan untuk mencapai ma’rifat, tetapi ia adalah alat pencapai ma’rifat. Logika bukanlah jalan untuk mendapatkan hakikat, tetapi ia sendirilah pendapat dari hakikat itu.
Tata kerja akal dalam proses pemikiran (amaliyat al-fikri), menurut al-Farabi meningkat secara bertahap. Akal pada seseorang bayi bersifat potensial (aqlu bil quwwati), yang disebut oleh al-Farabi dengan aqlul-hayuli (material intelect). Aqlul-hayuli itu bersifat pasif (passive intelect), dan mulai bergerak menjadi akal berkarya (aqlu bil-fi’li, actual intellect) setelah menerimakan gambaran bentuk-bentuk (al surah, forms) melalui kodrat indriani (al hassat) maupun kodrat imajinasi (al mutakhayyilat). Ia pun mengolahnya menjadi pengertian-pengertian (al ma’ani, conceptions) dan pada tahap itu ia pun berubah menjadi akal berdaya guna (aqlul-mustafad, acquired intellect). Akal berdaya guna (aqlul-mustafad, acquired intellect) itu sekedar bertindak mengolah, mencari hubungan-hubungan diantara segala pengertian, untuk merekamkan tahu (al’ilm, knowledge) pada perbendaharaan ingatan. Akan tetapi tahu itu sendiri menurut al-Farabi adalah anugerah dari akal giat (aqlul-fa’al, active intellect) yakni kodrat ilahi, sebagai akibat dari kegiatan akal berdayaguna itu. Tahu di dalam perbendaharaan ingatan itu berpangkal pada materi dan bentuk (al madah dan al shurah) yang ditangkap oleh kodrat indriani dari alam luar. Materi itu tidak punya perwujudan tanpa bentuk. Akan tetapi di dalam proses pemikiran (amaliyat alfikri) senantiasa materi itu dipisahkan dengan bentuk hingga diperkirakan perwujudan materi tanpa bentuk, yang oleh al-Farabi disebut dengan al hayuli dan oleh Aristoteles, disebut dengan hyule.
D.  Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Farabi.
Al-farabi telah memberikan klasifikasi tentang ilmu pengetahuan dalam tujuh bagian, yaitu: logika, percakapan, matematika, physika, metaphysika, politik, dan ilmu fikhi (jurisprudence). Ketujuh ilmu pengetahuan ini telah melingkupi seluruh kebudayaan Islam pada masa itu.
Ilmu pengetahuan tentang percakapan, yang dikenal sebagai ilmu al-lisan, dibaginya pula atas tujuh bagian, yaitu: bahasa gramatika, syntax (ilmu tarkib al-kalam), syair, menulis dan membaca. Aturan ilmu bahasa yang melingkupi ketujuh pembagian ini, merupakan tujuh bagian pula, yaitu: ilmu kalimat mufrad, ilmu kalimat yang dihubungkan oleh harf el-jar (proposition), undang-undang tentang penulisan yang benar, undang-undang tentang pembacaan yang betul, dan aturan tentang syair yang baik.
Ilmu logika, diajarkan kepada tingkatan tinggi, bagi orang-orang yang hendak menyediakan dirinya menjadi sarjana. Oleh karena itu, ilmu logika itu lebih dipandang bersifat seni daripada sifatnya sebagai ilmu. Ilmu atau seni logika pada umumnya terdiri sebagai berikut: “Supaya dapat mengoreksi fikiran seseorang, untuk mendapatkan kebenaran”. Logika itu dibagi dalam delapan bagian, dimulainya dengan Catagory dan disudahi dengan syair (poetry).
Tentang matematika, al-Farabi membaginya menjadi tujuh bagian, yaitu: arithmatika, geometri, optika, astronomi, musik, hisabaqi (Latin: arte ponderum), dan mekanika.
Metaphysika, ditujukan pada dua jenis pelajaran. Pertama, pengetahuan tentang makhluk dan kedua, contoh-contoh dasar atau filsafat ilmu. Tentang ilmu makhluk, dikatakannya sebagai ilmu yang mempelajari dasar-dasar makhluk yang tidak didasarkan kepada bentuk jasmani atau benda-benda berupa tubuh.
Politik, dikatakannya juga sebagai ilmu sipil, yang menjurus kepada etika dan politika. Filsuf-filusuf Islam, menyalin perkataan Politeia dari bahasa Yunani, dengan perkataan Madani. Arti perkataan ini adalah sipil yang berhubungan dengan kota.
Ilmu agama, dibaginya kepada fikih (Yurisprudence) dan kalam (theology). Ilmu kalam ada dua cabangnya yang kemudian dimasukkan menjadi ilmu agama, adalah pengetahuan baru yang dimasukkan ke dalam Islam.
 
AL-GHAZALI
A.  Biografi Singkat
Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Beliau lahir di Thusi pada tahun 450 H / 1058 M.Al-Ghazali mempunyai seorang ayah yang soleh sufi menjaga hati dan tangannya untuk melakukan yang halal. Imam Al-Ghazali wafat di negeri kelahirannya Ath-Thusi pada hari senin 14 Jumadil Akhir pada tahun 505 H bersamaan dengan tahun 1111 M dan dimakamkan di Pemakaman Ath-Thobron.
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir.
Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah.
 B.  Karya Tulis
Mengenai kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya, di antaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lainnya.
1. Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama)
Ini merupakan kitab paling terkenal yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara syam, Yerussalem, Hijaz dan Yus, dan yang berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum muslimin, tetapi juga di dunia Barat dan luar Islam.
2. Tahafut al-Falasifah (menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segi agama).
3. Al-Munqidz min adh-Dhalal (menerangkan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu).
Kedua kitab ini , yaitu Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal merupakan kitab yang memuat di dalamnya tentang permasalahan adanya peperangan dari kalangan fuqaha dan tasawuf (Ibnu Rusyd), disebabkan sikap al-Ghazali yang menentang para filosof Islam, bahkan ia sampai mengkafirkan dalam tiga hal, yaitu :
a.       Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.
b.      Membatasi pengetahuan Tuhan kepada hal-hal yang besar saja
c.       Adanya kepercayaan tentang qadimnya alam dan keasliannya.
4.    Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam)
5.    Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
6.    Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
Dalam buku ini, juga menyepakti bahwa persoalan yang tiga hal dalam kitab Tahafut  al-Falasifah dan Al-Munqidz min Adh-Dhalal menjadi kepercayaan orang-orang tasawuf juga. Bahkan dalam bukunya Al-Madhum ‘ala Ghairi Ahlihi, ia mengakui qadimnya alam.
7.    Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama-nama Tuhan)
8.    Faishal At-Tafriq Baina Al-Islam Wa Al-Zindiqah (perbedaan antara Islam dan Zindiq)
9.    Al-Qisthas Al-Mustaqim (jalan untuk mengatasi perselisihan pendapat)
10.     Al-Mustadhhir
11.     Hujjat Al-Haq (dalil yang benar)
12.     Mufahil Al-Khilaf fi Ushul Ad-Din (menjauhkan perselisihan dalam masalah ushul ad-din)
13.     Kimiya As-sa’adah (menerangkan syubhat ahli ibadah)
14.     Al-Basith (fiqh),
15.     Al-Wasith (fiqh),
16.     Al-Wajiz (fiqh),
17.     Al-Khulasahah Al-Mukhtasharah (fiqh),
18.     Yaqut At-Ta’wil fi Tafsir At-Tanzil (tafsir 40 jilid),
19.     Al-Mustasfa (ushul fiqh),
20.     Al-Mankhul (ushul fiqh),
21.     Al-Muntaha fi ‘ilmi Al-Jadal (cara-cara berdebat yang baik),
22.     Mi’yar Al-‘ilmi,
23.     Al-Maqashid (yang dituju),
24.     Al-Madnun bihi ’ala Ghairi Ahlihi,
25.     Misykat Al-anwar (pelajaran keagamaan),
26.     Mahku An-Nadhar
C.  Pandangan Al-Ghazali tentang ilmu pengetahuan
Al-Ghazali telah membuat dua macam perbedaan pengetahuan yang ada pada manusia yaitu:
1.    Pengetahuan yang didapatkan melalui belajar dan usaha, atau melalui pembelajaran manusia.
2.    Melalui kasyaf dan ilham, yakni melalui pembelajaran rabbani.
Menurut Al-Ghazali pembelajaran manusia merupakan usaha yang didapatkan lewat pengambilan dalil, eksperimentasi dan istimbat hukum.
Sedangkan metode kasyf adalah metode ilmu ladunni—ilmu Rabbani—yang tidak didapatkan lewat usaha, akan tetapi dihujamkan ke dalam hati melalui jalan yang tidak ia ketahui.  Oleh karenanya itu, pengetahuan ini disebut ilham atau wahyu dilihat dari cara mendapatkannya, diketahui ataukah tidak diketahui. Allah berfirman,
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. ” (Al-An’am: 125).
Sesungguhnya manusia bias mendapatkan ilham (wahyu) ilahiyhiyah jika telah terangkat hijab dari hatinya dengan cara menjernihkan dan mensucikan hatinya. Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As-Syam:  9-10).
Yang dimaksud dengan ilmu ladunni itu adalah terbukanya rahasia hati tanpa adanya sebab yang datang dari luar.
Di antara bukti paling pokok yang menjelaskan tentang adanya ilham adalah adanya fitrah ketuhanan yang diberikan Allah pada setiap jiwa. Al-Ghazali menjelaskannya seperti di bawah ini:
1.    Semua jiwa pada dasarnya adalah ahlul makrifat dan mampu meraihnya, karena semua jiwa, melalui kesuciannya yang asli dan sifat-sifatnya, dapat menerima cahaya jiwa universal di dalamnya, dan siap menerima bentuk yang rasional darinya. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, sedangkan segala ilmu tertanam dalam jiwa melalui kekuatan.
2.    Rahmat Allah tercurahkan melalui hikmah-hikmah keder­mawanan dan kemuliaan-Nya, yang tidak seorangpun terlewatkan di dalamnya. Semua itu akan sempurna melalui jiwa universal, sebab segala ilmu berada dalam subtansi jiwa yang berhubungan lansung dengan akal pertama.
3.    Di sana ada jiwa-jiwa yang tetap dalam kesuciannya yang pertama, yaitu jiwa-jiwa para nabi yang mampu menerima wahyu dan motivasi, oleh karena itu Allah menerimanya secara menyeluruh.
4.    Adapun jiwa-jiwa yang lain, sesuai dengan tingkat keterjagaannya atas kesuciaan jiwanya yang pertama. Di antara penyebab berkurangnya kesucian tersebut adalah:
a.    Terkikis dengan sendirinya seperti terkikisnya hati seorang anak kecil.
b.    Karena maksiat dan kotoran yang bertumpuk di atas hati berupa syahawat yang mengakibatkan terhalangnya Al-Haq di dalam hati karena gelapnya.
c.    Menyimpangnya hati dari tujuan yang diinginkan, yang darinya bersumber kebenaran.
d.   Terhalang oleh taklid dan fanatisme mazhab.
Ilham adalah semacam ilmu ladunni yang Allah curahkan kepada manusia, dan menghujamkannya ke dalam hati manusia, yang dengannya manusia mampu menyingkap segala rahasia, dan dapat memperjelas segala hakikat.
Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan adanya ilmu ladunni– ilmu rabbani yang dapat mengantarkan pelakunya melalui ilham- yang diberikan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya.
 
AR-RAZI
A.  Biografi Singkat
Ar-razi dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi. Beliau lahir di sebuah kota bernama Rayy, kota tua yang dahulunya bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 H / 865 M. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Beliau wafat pada tanggal 5 Sya’ban 313 H / 925 M, sampai meninggal beliau belum dapat disembuhkan kebutaan matanya.
Pada masa mudanya beliau menjadi tukang intan dan suka pada musik(kecapai). Beliau cukup reflek terhadap ilmu kimia, dan beliau juga belajar ilmu kedokteran(obat-obatan) dengan sangat tekun kepada seoarang dokter dan filosof. Dengan latar belakang itulah Ar-Razi di kota kelahirannya dikenal sebagai seorang dokter, sehingga beliau dipercaya untuk memimpin rumah sakit di Rayy oleh Mansur bin Ishaq Ibn Ahmad Ibn Asad ketika Mansur menjadi Gubernur. Dan beliau juga menulis buku yang dipersembahkan untuk Gubernur tersebut.
Sebagai seorang yang terkenal, pada dasarnya beliau mempunyai banyak murid belajar kepadanya. Metode penyampaian materinya adalah sistem daya pengembangan intelektual. Diantara muridnya yang cerdaslah Abu Bakar Ibn Qorin Ar-Razi, yang kemudian menjadi seorang dokter. Beliau selalu menggunakan waktunya untuk menulis dan belajar. Kemungkinan hal itu sebagai salah satu indikasi kebutaan matanya.
Sebagai ilmuwan dan dokter beliau seorang yang bermurah hati, sayang terhadap pasien-pasiennya, dermawan, karena itu beliau memberikan obat secar gratis kepada mereka yang tidak mampu( materi).
B.  Karya Tulis
1.    Karya tulis Dalam bidang kedokteran:
Hidup yang Luhur (Arab: الحاوي
Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab: من لا يحضره الطبيب), Pengobatan Alternatif Ketika Tidak Ada Dokter 
Keraguan pada Galen 
Penyakit pada anak 
Kitab al-Mansoori, yang terdiri dari 10 jilid, membahas secara detil tentang pengobatan era Arab-Yunani 
Al-Havi, ensiklopedia kedokteran yang terbesar disusun pada masa itu 
Kitab al-Mulooki dan 
Kitab al-Judari wa al-Hasabah, di kitab ini Ar-Razi untuk pertama kalinya membahas penanganan penyakit cacar. 
al-Thibbur Ruhani (Pengobatan Rohani), 
2.    Dalam bidang kimia:
Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya. 
Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik. 
Penemuannya yang lain adalah teknik pembuatan asam sulfur serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis. 
3.    Dalam bidang ilmu kalam, ia mengarang :
al Muthalib al ‘Aliyah min al Ilmi al Ilahi
Asas Al Taqdis
al Arbain fii ushul al Din
Muhassal afkar al Mutaqaddimin wal al Mutaaakhkhirin min ulama wal Hukama wal al mutakalimin.
4.    Dalam bidang tasawuf , diantaranya :
al Irsyad al Nadhar ilaa lathaif al Asrar, dan
Syarah ‘Uyun al Hikmah 
5.    Dalam bidang filsafat, diantaranya :
Syarah Qishm al Ilahiyyah min al Isyarat li ibn Sina, 
Syarah al Isyrah wa al Tanbihat li ibn Sina, 
Syarah al Qanun li ibn Sina, dan 
Lubab al Isyarat. 
6.    Dalam bidang sejarah
Manaqib al Imam Syafi’I
Syarah Saqt al Zind li al Mu’ri
7.    Dalam bidang Ushul Fiqih
al mahsul fii ilmi Ushul Fiqih
al Ibthal al Qiyasi
8.    Dalam bidang tafsir
al asrar al Tanzil wa anwaru al ta’wil
ihkam al ahkam
al Burhan Fi Qirrati al Qur’an
Dzurrtu al Tazil wa al Ghurratu al Ta’wil fii ayat Mutasyabihat
al Bayan wa al Burhan fii al Radd’ ala ahli wa Thugyan. 
tafsir Ar-Razi 
9.    Beliau juga mengarang lain kitab,diantaranya
Al-Shirath al-dawlah 
Amarah al-Iqbal al-Dawlah 
Kitab al-Ladzdzah 
Kitab al-‘Ilm al-Ilahi 
Maqalah fi ma ba’d al-Thabi’iyyah
Al-Shukuk ‘ala Proclus 
C.  Pemikiran Filsafat Ar-Rozi
1.    Logika
Al-Razi adalah seorang rasionalisme murni, dan beliau hanya mempercayai kekuatan akal. Bahkan didalam bidang kedokteran study klinis yang dilakukannya setelah menemukan metode yang kuat dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen.
Bahkan pemujaan Ar-Razi terhadap akal tampak sangat jelas pada halaman pertama pada bukunya At-Thibb. Beliau mengatakan, Allah segala puji baginya, yang telah memberikan akal agar dengan-Nya kita dapat memperoleh sebnyak-banyaknya manfaat. Inilah karunia terbaik Allah kepada kita. Akal adalah suatu yang mulia dan penting karena dengan akal kita dapat memperoleh pengetahuan tewntang tuhan. Maka tidak boleh melecehkannya.
2.    Moral
Adapun pemikiran Ar-Razi tentang moral sebagaimana tertuang dalam buku At-Thibb al-ruhani dan Al-Sirah al-Falsafiyyah, bahwa tingkah laku itu berdasarkan dari akal. Hawa nafsu harus berada dibawah kendali akal dan agama. Beliau memperingatkan bahaya minuman khomr yang dapat merusakkan akal dan melanggar agama.
Berkaitan dengan jiwa, Ar-Razi menjadikan jiwa sebagai salah satu alasan pengobatan baginya. Menurutnya antara tubuh dan jiwa terhadap suatu hubungan yang sangat erat, misalnya: emosi jiwa tidak akan terjadi kecuali dengan melalui pengamatan indrawi.
Sedangkan kebahagiaan menurut Ar-Razi adalah kembalinya apa yang telah tersingkir karena sesuatu yang berbahaya, misalnya: orang yang meninggalkan tempat yang teduh menuju tempat yang disinari matahari. Ia akan senang ketika kembali ke tempat yang teduh tadi.
3.    Kenabian/ Theologi
Ar-Razi menyangkah bahwa anggapan bentuk kehidupan manusia memerlukan nabi sebagaimana yang dikatakannya dalam bukunya Naqd al-Adyan au fi al-Nubuwah. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak percaya kepada wahyu dan adanya nabi. Menurutnya para nabi tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang yang memiliki keistimewaan khusus. Karena semua orang adalah sama dan keadilan tuhan secara hikmahnya mengharuskan tidak membedakan antara seoranng dengan yang lainnya.
Ar-Razi juga mengritik kitab suci baik injil maupun al-quran. Beliau menolak mukjizat al-quran baik segi isi maupun gaya bahasanya. Menurutnya orang mungkin saja dapat menulis kitab yang lebih baik dengan gaya, bahasa yang lebih indah. Kendatipun demikian, Ar-Razi tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini adanya Allah.
4.    Metafisika
Filsafat Ar-Razi dikenal dengan ajaran “Lima kekal” yaitu:
a.    Allah Ta’ala
b.     Ruh Universal
c.     Materi pertama
d.    Ruang absolute
e.     Masa absolute
Berikut ini uraian singkat mengenai “Lima kekal” yaitu:
a.    Allah Ta’ala
Allah bersifat sempurna. Tidak ada kebijakan setelah tidak sengaja, karena itu ketidak sengajaan tidak bersifat kepada-Nya.
Kehidupan berasal dari-Nya sebagaimana sinar datang dari matahari Allah mempunyai kepandaian yang sempurna dan murni. Kehidupan ini adalah mengalir dari ruh. Allah menciptakan sesuatu dan tidak ada yang bisa yang menandingi dan tidak ada yang bisa menolak kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui, segala sesuatu. Tetapi ruh-ruh hanya mengetahui apa yang berasal dari eksperimen. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan membutuhkan kesenangan materi.
b.    Ruh
Allah tidak menciptakan dunia lewat desakan apapun tetapi Allah memutuskan penciptaan-Nya setelah pada mulanya tidak berkehendak tidak menciptakannya, Allah menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan menunnjukkan kepadanya, bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya dalam arti haqiqi.
Manusia tidak akan mencapai dunia haqiqi ini, kecuali dengan filsafat, mereka mempelajari filsafat, mengetahui dunia haqiqi, memperoleh pengetahuan akan selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh tetap berada dalam dunia ini sampai mereka disadarkan oleh filsafat akan rahasia dirinya.
Melalui filsafat manusia dapat memperoleh dunia yang sebenarnya, dunia sejati atau dunia haqiqi.
c.    Materi
Menurut Ar-Razi kemutlakan, materi pertama terdiri dari atom-atom, setiap atom mempunyai volum yang dapat dibentuk. Dan apabila dunia ini dihancurkan, maka ia akan terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom. Dengan demikian materi berasal dari kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan suatu yang berasal dari ketiadaan sesuatu.
Untuk memperkuat pendapat ini Ar-Razi memberikan 2 bukti yaitu:
Penciptaan adalah bukti dengan adanya sang pencipta.
Berlandaskan ketidak mungkinan penciptaan dan ketiadaan.
d.   Ruang
Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keadaan materi, beliau mengatakan bahwa materi adalah kekal dan karena materi itu mempunyai ruang yang kekal.
Bagi Ar-Razi ruang terbagi menjadi 2 yakni waktu universal (mutlak) dan waktu tertentu (relatif ), ruang universal adalah tidak terbatas dan tidak tergantung kepada dunia dan segala sesuatu yang ada didalamnya. Sedangkan ruang yang relatif adalah sebaliknya.
e.    Waktu
Adalah subtasi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi membagi waktu 2 macam yakni waktu mutlak dan waktu relatif (terbatas). Waktu mutlak adalah keberlangsungan, ia kekal dan bergerak. Sedang gerak relatif adalah gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan bintang gemintang


KESIMPULAN
1.    Ketertarikan saya terhadap Al-Farabi dikarenakan Al-Farabi seorang filsuf Islam yang sangat pinter. Ia mampu meguasai berbagai macam bahasa asing lebih dari tiga bahasa, daya inget ia juga sangan kuat serta mampu menguasai berbagai bidang dalam ilmu keagamaan dan mahir dalam berbagai cabang falsafah, ilmu lingkungan, ilmu militer dan ilmu musik. Ia juga sangat sungguh-sungguh untuk mencari ilmu sampai berpindah tempat dari waktu ke waktu. Karya tulis beliau banyak dan berbgai macam bidang. Hebatnya beliau, beliau membuat sebuah karya tulis yang berjudul Al Jam’u Baina Ra’yai Al Hakimaini. Dimana karya tulis ini mempertemukan dua pendapat filsuf yaitu Plato dan Aristoteles serta
2.    Ketertarikan saya terhadap Al-Ghazali dikarenakan selain sebagai filsuf islam, beliau juga seorang ulama, ahli pikir yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah sehingga ia diberi gelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sifat yang patut dicontoh dari Al-Ghazali adalah ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT. Karya yang terkenal dari Al-Ghazali adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama).
3.    Ketertarikan saya terhadap Ar-Rozi dikarenakan Ar-Rozi salah seorang pakar sains Iran. Beliau selalu menggunakan waktunya untuk menulis dan belajar. Selain itu beliau sering bereksperimen sehingga menyebabkan matanya menjadi cacat. Sifat baik dari beliau adalah dermawan. Sebagai seorang dokter beliau memberikan obat gratis kepada mereka yang tidak mampu (materi). Selain itu beliau murah hati dan sayang terhadap pasien-pasiennya tanpa memandang apa pun. Dan beliau merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar dan juga penemu sabun.