Tuesday, October 6, 2015

TANBIH BAHASA INDONESIA



Ilâ Hadrotî Syekh Abdullôh Mubârok Bin Nur Muhammad ra.
Al-fâtihah…

TANBIH

Bismillâhirrohmânirrohîm
          Tanbih ini dari Syaikhuna Almarhum Syaikh Abdullôh Mubârok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya kajembaran rahmaniyah. Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria, wanita, tua, muda. Semoga ada dalam kebahagiaan, dikarunia Allôh subhânahu wa ta‘âlâ kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
          Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dlohir dan bathin.
          Pun kami tempat orang bertanya tentang Thorîqot Qôdiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya, menghaturkan dengan tulus ikhlas, wasiat kepada segenap murid-murid; berhati-hatilah dalam segala hal, jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama dan negara.
          Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikian sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap agama dan negara, ta’at ke Hadlrot Ilahi yang membuktikan perintah dalam agama dan negara.
          Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama dan negara, agar dapat meneliti diri, kalau-kalau tertarik oleh bisikan Iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita semua.
Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian:
1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi dari pada kita, baik dlohir maupun bathin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun, saling harga menghargai;
2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaiknya harus bersikap rendah hati, bergotong-royong dalam melaksanakan perintah agama dan negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “adzâbun alîm”, yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai akhirat (badan payah hati susah);
3. Terhadap orang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyafan dalam menginjak jalan kebajikan;
4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hari kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah qudrot Tuhan.
          Demikianlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam as, mengingat ayat 70 surat Isro yang artinya:
“Sangat kami muliakan keturunan Adam dan Kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, dan kami beri mereka rizki yang ada di darat dan di lautan, juga Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluq lainnya.”
          Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat surat al-Maidah, yang artinya:
“Hendaklah tolong-menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama dan negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama dan negara.”
          Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing mengingat surat al-Kafirun ayat 6 : “agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”, maksudnya janganlah terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
          Cobalah renungkan pepatah leluhur kita : Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna, karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam Surat an-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :
 “Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan beberapa contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tentram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allôh, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.”
          Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tentram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya budi utama-jasmani sempurna (cageur-bageur).
          Tiada lain amalan kita, Thorîqot Qôdiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebajikan, menjauhi segala kejahatan dlohir-bathin yang bertalian dengan jasmani dan rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.
          Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Amîn.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan
Tertanda,


(SYEKH AHMAD SHÔHIBULWAFÂ TÂJUL ‘ÂRIFÎN RA)

Ilâ Hadrotî Syekh Ahmad Shôhibulwafâ Tâjul ‘Ârifîn ra. Al-fâtihah…

Kata-kata Mutiara

1. Jangan benci kepada ulama yang sejaman
2. Jangan menyalahkan ajaran orang lain
3. Jangan meneliti murid orang lain
4. Jangan meniggalkan tempat ketika tersinggung oleh orang lain

HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Bikaromatî Syekhinal Mukarrom Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullôh Maslul Al-qôdiri An-naqsyabandi Al-kâmil qs. Al-fâtihah…


No comments:

Post a Comment